RADARCIREBON.ID – Tanggal 20 November 2025 kemaren kita memperingati Hari Anak Sedunia. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap anak adalah amanah yang harus dijaga secara utuh—baik fisik, mental, spiritual, maupun akhlaknya. Di tengah derasnya arus digital, perubahan sosial yang cepat, dan melemahnya pendampingan orang tua, kita menyaksikan fenomena yang mengkhawatirkan: anak-anak semakin jauh dari akhlak yang mulia meski mereka lahir dalam keadaan suci.
Dijelaskan dengan sangat jelas melalui hadis Nabi ﷺ: “Tidak ada seorang anak pun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?” Kemudian Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata (mengutip firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya): {Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus}. (Ar-Ruum: 30)
Hadis ini bukan sekadar menjelaskan kondisi awal manusia, namun juga memberikan pesan kuat tentang tanggung jawab orang tua dalam menjaga fitrah tersebut agar tidak berubah oleh lingkungan dan kelalaian.
Baca Juga:W20 Summit, Delegasi Indonesia Hadirkan Pemberdayaan Perempuan Digital Sisternet sebagai Praktik BaikSMARTFREN Pecahkan Rekor Nasional, Gelar Ajang Lari Terbanyak dalam Setahun
Fenomena Kekinian: Fitrah yang Diserbu Oleh Teknologi dan Minimnya PendampinganJika melihat keadaan anak-anak saat ini, hadis tersebut sangat relevan. Anak-anak masa kini bukan hanya diuji oleh lingkungan fisik, tetapi juga oleh dunia digital yang penuh konten tanpa filter:
- tontonan kekerasan dan pornografi,
- budaya berkata kasar dan merendahkan,
- pengaruh seleb yang mengedepankan kehidupan bebas,
- normalisasi perilaku tidak sopan,
- serta pergaulan yang lepas dari kontrol orang tua.
Kondisi ini menunjukkan bahwa fitrah mereka yang suci tidak rusak dengan sendirinya, tetapi tidak mendapat penjagaan dan pendampingan yang seharusnya. Inilah inti dari sabda Nabi:yang menjadikan anak berubah bukan fitrahnya, tetapi peran (atau ketiadaan peran) orang tua.
Orang Tua sebagai Pengawal Fitrah dan Pembentuk Akhlak
Ketika Rasulullah menyebut orang tua sebagai faktor penentu, itu mencakup seluruh aspek pengasuhan:
- keteladanan dalam ucapan dan perilaku,
- pendidikan akhlak sejak dini,
- pengawasan pergaulan dan konten digital,
- kasih sayang yang menumbuhkan kepercayaan diri,
- lingkungan rumah yang sehat secara emosional.
