RADARCIREBON.ID – Kepala Disdik Kota Cirebon, Kadini, mengatakan sesuai Surat Edaran Gubernur dengan nomor: 42/ PK.03.04/KESRA, study tour hanya boleh dilakukan di dalam Provinsi Jawa Barat dengan tujuan edukatif dan harus mendapat persetujuan.
Larangan study tour, kata Kadini, sedang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota yang sampai saat ini masih dalam tahap penyusunan draft. Salah satu poinnya, apakah study tour hanya bisa di Ciayumajakunung atau diperbolehkan di seluruh Jawa Barat.
“Opsi-opsi sedang dibahas. Kalau sesuai dengan SE Gubernur (boleh) di wilayah Jabar. Tapi apakah kita nanti Ciayumajakuning saja atau sesuai SE Gubernur, sedang dikaji. Draft sedang disusun, mungkin minggu depan selesai,” kata Kadini.
Baca Juga:Wabup Cirebon Tinjau Lokasi dan Warga Terdampak Banjir, Ada Dua Solusi Utama; Titik Pintu Air dan Sodetan Kejadian di Krangkeng Indramayu, Diduga Dipicu Perselisihan Antar Tetangga
Karena masih dalam penyusunan, Kadini menyebut sampai dengan saat ini di Kota Cirebon belum ada sekolah yang melaksanakan study tour. Ia menegaskan bahwa Kota Cirebon layak menjadi tujuan wisata atau study tour. Karena dari sisi kebudayaan dan sejarah, Kota Cirebon memiliki banyak keraton serta Museum Topeng yang bisa dijadikan tujuan study tour untuk menambah pengetahuan para siswa.
Sementara itu, SMPN 5 Kota Cirebon memastikan menggelar kegiatan untuk siswa dengan nama outing class. Keputusan itu diambil setelah melalui proses musyawarah bersama pihak komite sekolah. Seperti disampaikan Wakasek Kesiswaan SMPN 5 Kota Cirebon Maman Suryaman.
Menurut Maman, keputusan ini diambil usai rapat yang digelar pada 12 November bersama komite sekolah, ketua komite, pengurus komite, serta koordinator kelas, khususnya perwakilan dari kelas VIII. Dalam rapat tersebut, seluruh pihak menyepakati untuk mengganti istilah study tour menjadi kegiatan outing class.
Ia menjelaskan, besaran biaya dan objek kegiatan akan disesuaikan, terutama untuk memastikan keseragaman dengan sekolah-sekolah lain yang juga menerapkan konsep serupa. Outing class sendiri lebih mengarah pada pembelajaran tematik, seperti sains dan pembentukan karakter.
Rapat komite juga melibatkan perwakilan koordinator kelas dari orang tua murid. Kata Maman, mayoritas orang tua menerima dan mendukung kegiatan outing class. “Dulu kegiatan ini direncanakan digelar April, tapi karena bulan itu banyak agenda sekolah, akhirnya menjadi 28-29 Januari,” tambahnya.
