Potret Usaha Kerang Ijo di Desa Muara Suranenggala, Serap Lebih dari 100 Tenaga Kerja

Potret Usaha Kerang Ijo di Desa Muara Suranenggala
PELUANG USAHA: Industri rumahan kerang ijo di Desa Muara, Kecamatan Suranenggala. Foto: Khoirul Anwarudin/Radar Cirebon
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Desa Muara di Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, bukan sekadar titik persinggahan bagi hasil laut. Ia adalah nadi dari sebuah industri rumahan yang tumbuh alami puluhan tahun, digerakkan oleh tangan-tangan terampil yang bekerja sejak matahari terbit.

Enam lapak UMKM yang berdiri di desa itu mampu menyerap lebih dari 100 tenaga kerja, sebuah angka besar untuk wilayah pesisir yang hidup dekat dengan pasang surut musim laut.

Dan, salah satu wajah yang cukup lama berkecimpung dalam usaha ini adalah Arnito. Sudah 14 tahun ia setia pada kerang ijo. Baginya, komoditas ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga bagian dari ritme kehidupan yang terus berputar tanpa jeda. “Kerang ini jarang sekali sepi,” ujarnya sambil memantau pekerja yang sedang mengaduk tungku perebusan.

Baca Juga:Opsi Study Tour: Boleh Seluruh Jabar atau Hanya CiayumajakuningMengenang Dua Bintang Panggung; Mimi Keni dan Putrinya Nok Ool

Setiap hari, pasokan kerang berdatangan dari berbagai tempat. mulai dari nelayan Cirebon, Indramayu, hingga Perairan Losari. Setelah direbus, kerang dikupas, dibersihkan, lalu dikemas sebelum dikirim ke berbagai kota.

Menurut Arnito, jaringan pemasaran kerang ijo dari Desa Muara sudah menjangkau Bandung, Surabaya, Semarang, bahkan pasar-pasar di Jakarta. “Cirebon saja sudah banyak yang ambil ke pasar-pasar,” ujarnya kepada Radar Cirebon, Senin (24/11/2025).

Harga kerang mengikuti prosesnya: dari Rp3.000 per kilogram dalam kondisi mentah, menjadi Rp6.000 setelah dibersihkan. Sementara daging kerang kupas dihargai jauh lebih tinggi, sekitar Rp25.000 per kilogram, angka yang membuat banyak pekerja bersemangat menyelesaikan kupasan sebanyak mungkin setiap hari.

Kuwu Desa Muara, Latipa, mengakui bahwa kerang ijo telah lama menjadi denyut ekonomi desanya. Hampir setiap rumah memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai pengupas atau pengolah kerang. “Satu lapak saja bisa mempekerjakan 15 sampai 30 orang,” tuturnya.

Upah harian para pekerja berkisar Rp60.000 hingga Rp100.000, tergantung ketelatenan dan banyaknya kerang yang berhasil dikupas. Di sebuah desa yang sebagian besar penduduknya menggantungkan harapan pada laut, angka ini memberikan napas bagi keluarga-keluarga yang hidup sederhana.

Namun, di balik geliat ekonomi itu, para pelaku usaha sering kali menghadapi kendala modal. Saat pasokan melimpah, mereka membutuhkan biaya lebih besar untuk tenaga kerja, distribusi, dan pengolahan tambahan. Situasi ini membuat banyak UMKM harus pintar-pintar mengatur ritme usaha agar tidak terjebak pada biaya yang membengkak.

0 Komentar