RADARCIREBON.ID- Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi’i menegaskan komitmen Kementerian Agama untuk terus memperkuat persatuan, moderasi beragama, dan kesatuan umat di Indonesia.
Hal ini disampaikan Wamenag saat menerima audiensi dengan Ustad Abu Bakar Ba’asyir di kantor Ruangan Wakil Menteri Agama, Kemenag Lapangan Banteng.
Dalam pertemuan tersebut, Wamenag menekankan bahwa Islam adalah ajaran kedamaian yang sama sekali tidak mengajarkan kekerasan atau intoleransi.
Baca Juga:Lanal Cirebon Gagalkan Penyelundupan dari Malaysia, Kerugian Negara Rp1,8 MiliarPenyaluran Bantuan Rutilahu lewat Baznas Lebih Cepat
Wamenag secara khusus mengajak seluruh pihak untuk bersinergi melawan paham-paham yang dapat memecah belah dan memicu Islamofobia.
“Islam itu tidak pernah mengajarkan kekerasan atau pun intoleransi. Ajaran rahmatan lil ‘alamin adalah inti dari keberislaman, yaitu membawa kasih dan kedamaian bagi semesta. Kami ingin masyarakat memahami ini,” jelas Wamenag di Jakarta, Selasa (2/12/2025).
Wamenag menyoroti bahwa sumber perpecahan sering kali berasal dari paham-paham yang sengaja dibentuk untuk memunculkan fenomena Islamofobia.
Paham-paham tersebut, menurut Wamenag, justru telah memecah belah solidaritas antarumat dan bangsa, di mana hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam yang sebenarnya.
“Penting bagi kita untuk bersama-sama melawan narasi destruktif ini. Kemenag akan terus berdiri di garis terdepan untuk memastikan bahwa wajah Islam di Indonesia adalah wajah yang toleran, inklusif, dan damai,” imbuhnya.
Sementara itu, Ustad Abu Bakar Ba’asyir juga turut menyampaikan nasihat tentang persatuan bangsa. Abu Bakar menekankan pentingnya menjaga keutuhan bangsa, khususnya dalam metode berdakwah.
“Dalam berdakwah, kita harus kembali pada prinsip ajaran Islam yang tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluknya. Dakwah harus disampaikan dengan hikmah, tanpa kekerasan dan tanpa pemaksaan,” ujarnya.
Baca Juga:Desember, Cirebon Waspada Hujan Ekstrem dan Angin KencangBelajar ke Tanah Gayo, Rombongan BI Cirebon dan Petani Kopi Terjebak Bencana
Menutup diskusi, Wamenag menggarisbawahi pentingnya menerima keberagaman sebagai realitas yang memperkaya.
“Perbedaan itu sebuah fakta yang ada di Indonesia. Tetapi, berbeda bukan berarti kita bertentangan. Tugas kita adalah saling rukun, saling menghormati, dan bekerja sama untuk mencapai cita-cita nasional,” tegas Wamenag.
Dilansir dari laman Kemenag, audiensi ini turut dihadiri Kepala BMBPSDM M. Ali Ramdhani, Staf Khusus Wakil Menteri Agama Staf Khusus Wamenag Nona Gayatri Nasution, Tenaga Ahli Wamenag Junisab Akbar dan Jaka Setiawan, serta para jajaran. (rc)
