Sinergi antarbalai diperkuat. Awal November lalu, BBWS menggelar apel siaga bencana melibatkan Balai Bina Marga, Cipta Karya, BBWS Citarum, dan BBWS Citanduy. Sistem bantu-membantu lintas wilayah disepakati. “Kalau satu daerah kekurangan armada, kita kirim bantuan,” kata Dwi kepada Radar Cirebon, Minggu (7/12/2025).
Komunikasi darurat dilakukan lewat satu grup WhatsApp khusus. Semua kepala balai terhubung langsung. “Kami bisa ambil keputusan dalam hitungan menit,” kata Dwi.
BBWS juga terus memperluas jaringan pemantauan. Saat ini ada 30 pos hidrologi yang memantau debit air, curah hujan, dan tinggi muka air secara real-time. Tahun depan ditambah 12 pos baru.
Baca Juga:Sinergi Tingkatkan Pengelolaan Sarpras OlahragaFormasi 2026 Terbatas, Puluhan Orang Berebut Tiket Petugas Haji
Dwi menambahkan, dengan banyaknya aliran sungai lintas wilayah, penanganan banjir di Cirebon tidak bisa berdiri sendiri. Aliran dari Kabupaten Cirebon sering masuk ke kota ketika hujan di hulu lebih deras dari prediksi. Karena itu koordinasi menjadi hal wajib.
BBWS juga memperkuat integrasi data hidrologi dengan pemerintah daerah. Data debit, curah hujan, dan elevasi sungai akan masuk sistem terpadu yang bisa diakses Pemkot dan Pemkab secara langsung ketika kondisi darurat muncul.
Meski normalisasi sudah berjalan, ancaman tetap ada. Sedimentasi masih ditemukan di banyak titik. Di beberapa lokasi, pendangkalan mencapai 1–2 meter. Vegetasi liar tumbuh cepat. Penyempitan alami terjadi setiap tahun.
Dwi menambahkan, petugas sungai BBWS menyusuri tanggul setiap hari. Pemeriksaan dilakukan pagi hingga sore. Jika aliran terhambat, alat berat segera diturunkan.
Pemkot Cirebon telah menetapkan masa Siaga Bencana 1 Oktober 2025–30 April 2026. Masyarakat diingatkan mengenali rute evakuasi. BPBD sudah melakukan simulasi di titik rawan.
KONDISI KABUPATEN CIREBON
Kabupaten Cirebon berada pada posisi strategis di pesisir utara Jawa Barat. Wilayah ini memiliki garis pantai sepanjang sekitar 54 kilometer, dengan luas area mencapai 990,36 kilometer persegi. Di dalamnya terbagi menjadi 40 kecamatan, 412 desa, dan 12 kelurahan, yang sebagian merupakan kawasan rawan bencana.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, terdapat sembilan potensi bencana yang perlu mendapat kewaspadaan serius. Mulai dari banjir, tanah longsor, rob, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, letusan Gunung Ciremai, banjir bandang hingga gempa bumi.
