RADARCIREBON.ID– Pita meteran ditarik perlahan di atas tanah yang masih dipenuhi semak. Di bawah terik matahari siang, sejumlah pedagang bunga tampak berjongkok, berdiskusi, lalu berdiri lagi. Sehari setelah lapak mereka dibongkar dari bantaran Sungai Sukalila, para pedagang bunga Kalibaru memilih tak larut dalam kecewa. Mereka bergerak. Mengukur. Menata ulang harapan.
Selasa (16/12/2025) siang, lahan kosong di belakang Terminal Harjamukti, Jalan Dukuh Semar, Kota Cirebon, menjadi saksi awal babak baru perjuangan para pedagang bunga.
Di lokasi inilah, mereka berencana membagi tanah menjadi 40 kios sederhana, tempat baru untuk menggantungkan hidup.
Baca Juga:Kawasan Sukalila Ditertibkan, Edo: Kami Tak Menelantarkan Teman-teman PedagangPelajaran dari OTT KPK Bupati Lampung Tengah, Ardito Wijaya, Bermula dari Mahalnya Biaya Pilkada Langsung
Ketua Paguyuban Pedagang Bunga Kalibaru Utara, Abdul Haris, memimpin langsung proses pengukuran. Sesekali ia berhenti, menghitung ulang, memastikan setiap jengkal tanah bisa dimanfaatkan seadil mungkin.
“Kami ukur pelan-pelan. Awalnya ada 44 pedagang, tapi lahannya tidak cukup. Akhirnya kami sepakati sekitar 40 kios,” ujar Haris.
Keputusan itu bukan tanpa dilema. Setiap kios berarti satu keluarga, satu dapur yang tetap harus mengepul. Namun, keterbatasan lahan memaksa mereka berhitung dengan cermat, agar semua tetap kebagian tempat.
Kondisi lahan relokasi sendiri jauh dari kata ideal. Rumput liar menjulang, pepohonan rindang menutup sebagian area, sampah berserakan, dan nyamuk beterbangan di antara tanah lembap. Dari kejauhan, area itu lebih menyerupai kebun tak terurus ketimbang calon pasar bunga.
“Kalau bicara layak, sebenarnya ini belum. Pasar bunga itu idealnya di tengah kota,” ucap Haris jujur.
Namun hidup tak selalu memberi pilihan sempurna. Di tengah keterbatasan, rasa syukur tetap mereka pegang. Setidaknya, lokasi relokasi masih berada di dalam wilayah Kota Cirebon dan disediakan langsung oleh pemerintah.
“Kita anggap cocok saja. Yang penting ada tempat. Tidak mungkin kami menolak, karena memang tidak ada alternatif lain,” katanya.
Baca Juga:Meriah! Stadion Watubelah Penuh Energi, Bergerak Sehat di Senam Masal HUT Ke-26 Radar CirebonGubernur Dipilih DPRD, KDM Tak Bisa Lanjut Periode Kedua?
Di sisi jalan, pagar pembatas justru dilihat sebagai sisi positif. Haris berharap pagar itu bisa menjadi pengaman alami dari pencurian tanaman. Sebab, para pedagang tahu betul, mereka tak mungkin menjaga bunga-bunga itu selama 24 jam penuh.
