RADARCIREBON.ID- Penertiban bangunan liar di bantaran Sungai Sukalila hingga kawasan Kalibaru belum sepenuhnya berakhir. Meski lapak-lapak pedagang telah diratakan, persoalan baru justru mencuat, khususnya bagi pedagang pigura yang selama puluhan tahun beraktivitas di kawasan Sukalila Selatan.
Para pedagang menolak relokasi ke lantai dua Pasar Pagi Kota Cirebon yang disiapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon. Alasan penolakan dinilai krusial, yakni lokasi yang dianggap tidak strategis dan minim potensi pembeli.
Akibatnya, mayoritas pedagang pigura memilih menghentikan sementara aktivitas usahanya. Mereka menyimpan barang dagangan di rumah masing-masing sambil menunggu kepastian lokasi baru yang dinilai lebih layak.
Baca Juga:Kawasan Sukalila Ditertibkan, Edo: Kami Tak Menelantarkan Teman-teman PedagangPelajaran dari OTT KPK Bupati Lampung Tengah, Ardito Wijaya, Bermula dari Mahalnya Biaya Pilkada Langsung
Pantauan di lapangan hingga Selasa (16/12/2025) menunjukkan sisa-sisa penertiban masih terlihat di sepanjang bantaran Sungai Sukalila. Puing bangunan berupa potongan kayu, rangka besi, papan triplek, dan bongkahan beton berserakan di lokasi.
Sejumlah warga terlihat mengumpulkan material yang masih bisa dimanfaatkan. Sementara itu, alat berat masih beroperasi untuk merobohkan sisa bangunan permanen yang belum dibongkar. Aparat Satpol PP berjaga di lokasi untuk mengamankan area dan mencegah pendirian bangunan kembali.
Di beberapa titik, aliran Sungai Sukalila tampak mengalir tenang di antara tembok penahan. Namun, di sisi kiri dan kanan sungai, sisa rangka lapak dan papan kayu masih terlihat, menjadi jejak keberadaan pedagang selama bertahun-tahun.
Sebelum ditertibkan, deretan lapak pedagang pigura berjajar di bantaran sungai. Berbagai jenis pigura, mulai dari bingkai foto wisuda, pernikahan hingga kaligrafi, dipajang. Kini, kawasan tersebut berubah menjadi area terbuka yang dipenuhi puing dan bekas aktivitas usaha.
Sebagai solusi, Pemkot Cirebon mengarahkan pedagang pigura untuk menempati kios di lantai dua Pasar Pagi yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi lama. Namun, hasil peninjauan menunjukkan area tersebut relatif sepi aktivitas.
Lantai dua Pasar Pagi tampak kosong tanpa kegiatan jual beli. Kios-kios tertutup, cat bangunan mengelupas, serta lantai keramik banyak yang rusak. Penerangan minim dan sebagian lampu tidak berfungsi, menimbulkan kesan gelap dan lembap.
Sejumlah fasilitas terlihat tidak terawat, seperti kipas angin yang tidak berfungsi dan atap seng yang membuat suhu ruangan terasa panas pada siang hari. Kondisi ini dinilai jauh dari harapan sebagai pusat aktivitas perdagangan.
