Sungai Sukalila dan Kalibaru Selatan Direvitalisasi, Dari Nadi Transportasi Kolonial hingga Penertiban Sempada

Sungai Sukalila dan Kalibaru Selatan Nadi Transportasi Kolonial 
AKAN LEBIH BERSIH: Pemkot Cirebon akan langsung melakukan pemagaran, normalisasi, dan penataan bantaran sungai. Nantinya kawasan Sukalila-Kalibaru akan lebih hijau, aman, dan terang. Foto: Seno Dwi Priyanto/Radar Cirebon
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Sukalila dan Kalibaru kembali menjadi perhatian. Bukan karena denyut ekonominya. Melainkan karena penertiban bangunan liar di sepanjang sempadan.

Operasi ini membuka kembali lembaran lama dua sungai tua di jantung Kota Cirebon.

Pada masa kolonial Belanda, sungai adalah urat nadi kota. Sukalila dan Kalibaru berfungsi sebagai jalur transportasi air. Perahu hilir mudik.

Baca Juga:Gubernur Dipilih DPRD, KDM Tak Bisa Lanjut Periode Kedua?Presiden Prabowo Minta Maaf Sebut Kondisi di Lapangan Sangat Sulit, tapi akan Diatasi Bersama

Barang dagangan berpindah. Aktivitas ekonomi tumbuh di tepiannya. Saat itu, jaringan sungai dan anak sungai lebih banyak. Tujuannya jelas. Mengurangi risiko banjir. Air diberi ruang.

Budayawan Cirebon Akbarudin Sucipto menegaskan bahwa fungsi sungai di masa lalu sangat vital. Sungai bukan halaman belakang kota.

Ia wajah depan. Jalur hidup. Karena itu, kawasan di sekitarnya tertata mengikuti kebutuhan air dan perdagangan. Bukan sebaliknya.

Perubahan mulai terasa sekitar dua dekade terakhir. Bangunan berdiri di sempadan. Aktivitas ilegal muncul. Pembiaran terjadi.

Menurut Akbar, situasi itu tidak berdiri sendiri. Ada kepentingan politik yang bermain. Ada upaya meraih dukungan. Aturan dikendurkan. Pelanggaran dibiarkan.

“Akibatnya menumpuk seperti yang terlihat hari ini,” kata Akbar kepada Radar Cirebon, Senin (15/12/2025).

Akbar mendukung penegakan aturan. Tegas. Konsisten. Menurutnya, penertiban bukan semata urusan estetika. Ini soal kepentingan bersama. Soal keselamatan kota.

Baca Juga:Warga Cirebon dan Indramayu Akhirnya Bisa Pulang dari AcehBesok! Senam Masal HUT Ke-26 Radar Cirebon Bersama Dahlan Iskan, 2 Umrah Menanti

Soal mengembalikan fungsi sungai. Sejarah mencatat, kawasan Sukalila dan Kalibaru telah ramai sejak lama.

Terutama sejak masa penjajahan Belanda. Sungai Sukalila berperan penting dalam perdagangan dan bisnis. Toko-toko berjajar di sepanjang jalan Kalibaru dan Sukalila.

Aktivitas itu tak lepas dari keberadaan makam Tumenggung Arya Wiracula atau Tan Sam Tjay. Tokoh penting masyarakat Tionghoa di Cirebon.

Makam Tan Sam Tjay menjadi magnet. Ziarah datang silih berganti. Tidak hanya saat Ceng Beng. Arus manusia menghidupkan kawasan.

Perdagangan tumbuh. Bisnis berkembang. Masyarakat keturunan Tionghoa menggerakkan roda ekonomi kota.

Pemerhati Budaya Tionghoa, Jeremy Huang, mencatat ragam usaha yang digeluti warga Tionghoa di masa Belanda dan Jepang.

Perdagangan gula merah dan gula pasir. Palawija. Hasil bumi. Tembakau. Perhotelan. Emas. Meubel. Aktivitas ekonomi beragam. Terstruktur. Bertahan lama.

0 Komentar