Sungai Sukalila dan Kalibaru Selatan Direvitalisasi, Dari Nadi Transportasi Kolonial hingga Penertiban Sempada

Sungai Sukalila dan Kalibaru Selatan Nadi Transportasi Kolonial 
AKAN LEBIH BERSIH: Pemkot Cirebon akan langsung melakukan pemagaran, normalisasi, dan penataan bantaran sungai. Nantinya kawasan Sukalila-Kalibaru akan lebih hijau, aman, dan terang. Foto: Seno Dwi Priyanto/Radar Cirebon
0 Komentar

Di Kalibaru, tercatat toko Waring yang menjual bahan pakaian. Di Sukalila, Oey Liang Kie membuka bengkel croom dan pernekelan.

Di Kalibaru Selatan, Lie In Gwan menjadi agen minyak. Nama-nama ini melekat dalam sejarah lokal. Mereka membentuk ekosistem ekonomi di tepi sungai.

Pada rentang 1920 hingga 1970-an, deretan toko masih terlihat jelas. Kawasan hidup sejak pagi hingga malam. Prinsip kerja keras menjadi ciri.

Baca Juga:Gubernur Dipilih DPRD, KDM Tak Bisa Lanjut Periode Kedua?Presiden Prabowo Minta Maaf Sebut Kondisi di Lapangan Sangat Sulit, tapi akan Diatasi Bersama

Datang sebelum matahari terbit. Pulang setelah matahari terbenam. Etos itu mengakar. Menjadikan mereka dikenal ulet.

Kawasan ini juga pernah menjadi ruang sosial yang unik. Sekitar 1950 hingga 1970-an, di depan makam Tan Sam Tjay terdapat seorang ahli ramal. Banyak orang datang.

Mencari petunjuk nasib. Aktivitas ini menambah keramaian. Pendatang berdatangan. Sungai dan jalan sekitarnya menjadi simpul pertemuan.

Sejarah Sukalila dan Kalibaru juga mencatat daya tahan. Wabah flu Spanyol pada masa Perang Dunia I. Wabah malaria 1927–1933. Perang Dunia II. Pajak kolonial yang tinggi. Semua menghimpit. Namun para pelaku usaha bertahan. Mereka mencari celah. Menciptakan peluang di situasi sulit.

Secara geografis, Kali Sukalila mengalir dari Jembatan Jalan KS Tubun di Pamitran. Menyusuri Jalan Sukalila Selatan. Melintasi Jembatan Pasar Pagi.

Berlanjut ke Kalibaru Utara hingga Kalibaru Selatan. Muara akhirnya laut. Sementara aliran dari Jembatan Pasar Pagi hingga laut dikenal sebagai Kali Baru atau Kali Anyar. Sungai ini dibuat belakangan. Tujuannya mengantisipasi banjir Cirebon.

Catatan lebih tua menyebut, sekitar 1690 Kali Sukalila berkelok setelah Pasar Pagi. Berbelok ke kanan sepanjang Karanggetas, dahulu Krakatas Wegh. Alirannya memotong beberapa jalan.

Baca Juga:Warga Cirebon dan Indramayu Akhirnya Bisa Pulang dari AcehBesok! Senam Masal HUT Ke-26 Radar Cirebon Bersama Dahlan Iskan, 2 Umrah Menanti

Bermuara ke wilayah Pabean. Kini kawasan Benteng dan Pelabuhan Cirebon. Di sekitar Panjunan, Sukalila menyatu dengan Kali Bacin. Membentuk Kali Cirbon.

Aliran ini melewati Benteng De Beschermingh. Sekarang area penjara dan pelabuhan. Lalu menuju laut.

Arsip foto KITLV Leiden memperkuat gambaran itu. Tiga foto tahun 1910 menunjukkan aktivitas di Kali Anyar. Pedagang bertransaksi. Nelayan menambatkan perahu di bantaran. Sungai menjadi ruang hidup. Terbuka. Fungsional.

Sejarah juga mencatat sisi gelap kota. Praktik wanita penghibur telah ada sejak masa kolonial. Tidak hanya di Sukalila dan Kalibaru.

0 Komentar