Kawah Cipanas Dukupuntang Aktif, Harus Ada Kajian Teknis dan Langkah Mitigasi

Kawah Cipanas Aktif Harus Ada Langkah Mitigasi
MASIH AKTIF: Semburan air lumpur bercampur gas di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, kembali menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Pantauan pada Senin (22/12/2025) masih terjadi semburan  dan memicu kekhawatiran warga, terutama mereka yang tinggal dan menggantungkan hidup di sekitar area persawahan. Foto: Khoirul Anwarudin/Radar Cirebon
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Aktivitas kawah di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, kembali menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Semburan air lumpur bercampur gas yang muncul dalam beberapa waktu terakhir memicu kekhawatiran warga, terutama mereka yang tinggal dan menggantungkan hidup di sekitar area persawahan.

Berdasar pantauan Radar Cirebon, Senin (22/12/2025), kawah yang lokasinya tak jauh dari Gunung Kuda itu memiliki diameter lebih dari lima meter dengan permukaan air yang terus bergolak menyerupai air mendidih. Meski tidak terlihat sumber panas di permukaan, aroma gas dan belerang kerap tercium, khususnya saat arah angin mengarah ke permukiman dan lahan pertanian warga yang jaraknya hanya sekitar 10 meter dari lokasi kawah.

Sejumlah warga mengeluhkan dampak langsung dari aktivitas tersebut. Hasil panen padi menurun, peralatan elektronik cepat rusak, dan hewan ternak dilaporkan mati. Selain itu, bau menyengat yang menyebar hingga radius sekitar satu kilometer juga dikhawatirkan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

Baca Juga:PLTU Cirebon Power Unit 2 resmi ditetapkan sebagai Obvitnas ke-26 di Jawa BaratPerjalanan Outbond Radar Cirebon di Semarang, Kekompakan Fondasi Utama

Kaur Perencanaan Desa Cipanas, Ahmad Sudrajat menjelaskan bahwa fenomena kawah tersebut bukanlah kejadian baru. Menurutnya, kawah tersebut telah dikenal warga sejak lama dan pernah dimanfaatkan secara terbatas oleh industri pada masa lalu. “Dulu ada pemanfaatan gasnya, tapi setelah aktivitas industri berhenti, kawasan ini tidak lagi dikelola. Sekarang dampaknya justru semakin terasa oleh warga,” ujarnya kepada Radar Cirebon, Senin (22/12/2025).

Ia menyebut, penurunan hasil panen menjadi persoalan serius bagi petani. Jika sebelumnya seperempat hektare sawah mampu menghasilkan hingga delapan kuintal padi, kini hasilnya menurun hampir setengahnya.

“Selain itu, gas belerang diduga mempercepat korosi pada peralatan rumah tangga, terutama perangkat elektronik. Banyak warga yang tinggal di sekitar kawah tersebut mengeluhkan kalau alat-alat elektronik yang mereka miliki, tidak awet. Setahun-dua tahun sudah pada karatan,” ungkapnya.

Adapun aktivitas kawah yang oleh warga sekitar dikenal sebagai kawah Garuda Jaya itu, disebut dipengaruhi kondisi cuaca. Pada musim kemarau, gas lebih dominan keluar dari lubang kawah. Sementara saat musim hujan, air yang masuk ke dalam lubang terdorong gas dari bawah sehingga menimbulkan semburan lumpur ke permukaan.

0 Komentar