Tak Bersuara Saat Kalah, Tak Menyalahkan Saat Gagal, Terimakasih Telah Berjuang untuk Indonesia

Maikhel Roberrd Muskita
LESU: Raut kecewa terpancar dari Maikhel Roberrd Muskita. Ia tertunduk saat menerima medali perak setelah kalah 1-4 dari petinju Filipina Eumir Felix Marcial di final kelas 80 kilogram putra. Foto: ANTARA
0 Komentar

Kekecewaan paling jelas terlihat pada Juilan Abimanyu, atlet muda yang disebut-sebut sebagai masa depan balap sepeda Indonesia. SEA Games 2025 menjadi debutnya, sekaligus satu-satunya nomor yang ia ikuti. Padahal, optimisme bukan tanpa alasan. Berdasarkan catatan waktu, Indonesia termasuk yang terbaik di Asia Tenggara.

Beberapa jam sebelum lomba, para pembalap bahkan tampak penuh semangat, mengayuh sepeda di tengah padatnya jalanan Bangkok menuju velodrome. Mereka menyapa dengan keyakinan, seolah hari itu adalah milik mereka. Namun olahraga tak selalu berjalan sesuai rencana. Dewi fortuna memilih berpaling.

Kisah kekecewaan juga datang dari cabang lain. Atlet kickboxing Indonesia, Andi Mesyara Jerni Maswara, sempat meluapkan emosinya di media sosial karena merasa dirugikan, sebelum akhirnya memberikan klarifikasi. Emosi tersebut adalah hal yang manusiawi. Pada akhirnya, sportivitas tetap menjadi tuntutan utama, betapapun berat hasil yang diterima.

Baca Juga:Percepat Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Sukra Disiapkan Jadi Wilayah Industri Bela Negara Ala Mahasiswa: Didorong Jadi Penjaga Nilai dan Masa Depan Republik

Di lintasan balap sepeda, Ayustina Delia Priatna memahami betul rasa kehilangan yang dirasakan rekan-rekannya. Ia pun tak kuasa menahan air mata usai meraih medali perunggu pada nomor trek scratch putri. Ayustina finis ketiga, di bawah pembalap Malaysia Zubir Nur Aisyah Mohamad dan Valencia Tan dari Singapura.

Tangis itu bukan karena perunggu semata. Ayustina sebelumnya telah menyumbang emas dari nomor individual time trial (ITT) road race putri dengan catatan 59 menit 18 detik, mengungguli dua pembalap tuan rumah Thailand. Emas tersebut mengulang prestasinya di SEA Games Vietnam 2021, setelah nomor itu absen pada edisi Kamboja 2023. Ia juga meraih perunggu dari nomor individual road race putri.

Air mata Ayustina adalah bentuk empati. Ia tahu betul bagaimana rasanya berjuang habis-habisan, tetapi hasil tak sepenuhnya sesuai harapan. Kepada rekan-rekannya, ia menegaskan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses. Dan proses itulah yang membentuk seorang juara.

Dari ring tinju, raut kecewa juga terpancar dari Maikhel Roberrd Muskita. Ia tertunduk saat menerima medali perak setelah kalah 1-4 dari petinju Filipina Eumir Felix Marcial di final kelas 80 kilogram putra.

Maikhel mengaku kecewa karena banyak hal telah ia korbankan demi satu langkah menuju emas. Meski demikian, ia bertekad bangkit dan menatap Asian Games 2026 serta Olimpiade Los Angeles 2028 sebagai tujuan berikutnya.

0 Komentar