Ekonom Global Prediksi, 2026 Jadi Periode Krisis Terburuk 50 Tahun Terakhir

krisis ekonomi indonesia terulang
Ilustrasi krisis ekonomi.
0 Komentar

Menurutnya, pengambilan kebijakan moneter lebih bertumpu pada intuisi ketimbang data yang solid. Kondisi itu berisiko menggerus kepercayaan pasar terhadap bank sentral AS.

Dari sisi fiskal, defisit anggaran AS yang diperkirakan mencapai sekitar 6,5% dari PDB. Kemudian diperparah dengan rencana pemangkasan pajak dan peningkatan belanja.

Sri Kumar menilai, kondisi itu berpotensi memperparah tekanan inflasi. Bahkan menyerupai situasi yang memicu lonjakan inflasi pada periode 2020–2022.

Baca Juga:KDM Siap Jemput 45 Warga Jabar yang Terjebak Banjir AcehKDM – PT KAI Jalin Kerjasama, Bakal Ada Kereta Api Tani Mukti Rute Cirebon – Jakarta

Bukan hanya soal makroekonomi, Sri Kumar juga menyoroti tantangan struktural dunia usaha. Terkhusus dampak akibat kecerdasan buatan atau AI dan otomatisasi. Dalam situasi seperti itu, ada potensi hilangnya lapangan kerja secara permanen, terutama bagi pekerja muda.

Sri Kumar pun menyarankan, sebagai langkah antisipasi, investor agar mempertimbangkan aset lindung nilai, terutama logam mulia. Sebab, harga emas dan perak telah mencatat kenaikan signifikan sepanjang 2025.

Kenaikan harga logam mulai itu, tambahnya, seiring meningkatnya kekhawatiran inflasi dan ketidakpastian global. Dia memperkirakan harga emas bisa mencapai USD 5000 per ons pada akhir 2026.

Sementara itu, mata uang alternatif seperti yen Jepang dinilainya kurang ideal sebagai aset lindung nilai. Sebab mata uang itu ada keterbatasan likuiditas, kontrol modal, serta tantangan struktural ekonomi Jepang.

Selain logam mulia, dia menyarankan investor mempertimbangkan aset riil, termasuk properti. Investasi properti itu sebagai bagian dari strategi diversifikasi.

Di akhir wawancaranya, Sri Kumar meminta mewaspadai seluruh elemen pembentuk stagflasi yang kini telah terlihat. Juga mewaspadai krisis yang diperkirakan terjadi pada 2026.

Sebab, imbuhnya, krisis itu berpotensi berdampak luas. Mulai dari konsumen hingga investor. Hal tersebut seiring perang dagang global yang diperkirakan tetap menjadi isu utama.

0 Komentar