Selain itu, warga diminta menyiapkan dan membawa tas darurat berisi kebutuhan penting seperti air minum, makanan ringan, dokumen penting, senter, serta perlengkapan P3K. BPBD mengingatkan masyarakat untuk mengikuti jalur evakuasi resmi dan mematuhi arahan petugas di lapangan, serta tidak menggunakan lift saat berada di dalam gedung.
Langkah terakhir, masyarakat diharapkan saling membantu sesama apabila situasi memungkinkan, khususnya kepada kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. “Kami berharap kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana semakin meningkat, sehingga risiko dan dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan,” pungkasnya.
DPRD SOROTI BANJIR DI SUMBER
Anggota DPRD Kabupaten Cirebon dari Fraksi PDIP, Berry Kusuma Drajat mengatakan banjir di sekitar perkantoran Pemkab Cirebon itu terasa janggal. Pasalnya, Kecamatan Sumber dikenal sebagai wilayah yang selama puluhan tahun relatif aman dari banjir. Namun kini, genangan air datang dengan skala besar dan merendam sejumlah kawasan.
Baca Juga:Suka Cita dari Gereja, Pesan Damai dari Perayaan Natal 2025 di Kota Cirebon10 Ribu Banser Disiagakan Jelang Nataru
“Ini bukan kejadian biasa. Ada yang keliru dalam pengelolaan lingkungan. Sumber adalah dataran rendah sekaligus kawasan penyerapan air, tapi justru diterjang banjir,” kata Berry kepada Radar Cirebon, Kamis (25/12/2025).
Ia menilai salah satu pemicu utama banjir adalah menyusutnya area resapan air akibat alih fungsi lahan. Berry menyoroti pembangunan perumahan elite di kompleks pemerintah yang berdiri di kawasan perbukitan yang sebelumnya berstatus sabuk hijau. “Kawasan itu luasnya sekitar 50 hektare dan masuk sabuk hijau. Seharusnya tidak boleh dibangun. Tapi sekarang berubah menjadi perumahan. Ketika air kiriman dari Kuningan datang, mau meresap ke mana?” terangnya.
Menurutnya, penggalian dan perataan lahan di kawasan tersebut telah menghilangkan fungsi alami tanah sebagai penyerap air. Dampaknya mulai terasa meski pembangunan perumahan baru berjalan sebagian. “Baru lima unit rumah saja sudah terasa efeknya. Bayangkan kalau seluruh kawasan terbangun. Bukan tidak mungkin wilayah itu berubah jadi genangan permanen karena tak mampu menampung debit air,” tegasnya.
Atas kondisi tersebut, pihak mendesak Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk segera melakukan kajian ulang terhadap izin perumahan elite itu. Ia menilai langkah ini penting demi menyelamatkan keseimbangan lingkungan di Kecamatan Sumber.
