Akibatnya, air yang masuk membawa sedimen lumpur. Endapan itu menyumbat inlet. Fungsi saluran pun lumpuh. Air meluber ke jalan. Dengan inlet raksasa, DPUTR berharap masalah itu terurai. Inlet besar ini langsung disambungkan ke sungai yang berada di bawah Jalan Cipto.
Air dari permukaan jalan akan mengalir cepat ke bak kontrol, lalu dibuang ke sungai di belakang Hotel Grand Tryas. Dari sana, air diteruskan ke sungai besar di kawasan tersebut. “Nanti buangnya ke sungai yang ada di bawah jalan, cukup besar,” kata Totong.
Namun Totong juga tak buru-buru mengklaim keberhasilan. Ia memilih menunggu pembuktian alam. “Nanti kita lihat, apakah pembangunan inlet besar ini efektif atau tidak. Kita berharap bisa mengurai air saat hujan,” ujarnya.
Baca Juga:Menko Bidang Pangan dan KKP: Stok Pangan AmanHujan Desember Sore-Malam Bikin Waswas, Warga Cirebon: Gimana Nanti Januari?
Sementara itu, warga merasakan langsung dampaknya. Desita (41), warga Kelurahan Drajat, mengaku heran sekaligus lega. “Biasanya kalau hujan gede, sudah siap-siap banjir. Ini dua kali hujan deras, Jalan Cipto masih bisa dilewati,” katanya, kemarin.
Desita menyebut, sebelumnya genangan di Jalan Cipto bisa bertahan lama. Air tidak cepat surut. Seringkali masuk ke halaman toko dan rumah. “Sekarang airnya kayak langsung lari. Tidak numpuk,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Fero (27), warga Kesambi. Ia sering melintasi Jalan Cipto untuk bekerja. “Biasanya deg-degan lewat sini pas hujan. Takut mogok. Sekarang aman. Lancar. Tumben,” kata Fero kemarin. Meski begitu, Fero juga mengingatkan agar pemerintah tidak lengah. “Kalau hujannya lebih gede lagi, belum tahu juga. Tapi setidaknya sekarang kelihatan ada perubahan,” ujarnya.
Dari sisi hulu hingga hilir, pembenahan juga dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk–Cisanggarung. Kepala BBWS, Dwi Agus Kuncoro, menyebut Jalan dr Cipto Mangunkusumo memang menjadi titik krusial banjir di Kota Cirebon. “Kami sudah melakukan beberapa normalisasi sungai dan muara-muaranya,” kata Dwi.
Normalisasi dilakukan dengan alat berat yang bekerja di lapangan. Sedimentasi dikeruk. Alur sungai diperlebar. Aliran diluruskan. Di gudang-gudang wilayah kerja, BBWS juga menyiagakan karung, bronjong, dan geobag untuk penanganan darurat. Namun Dwi juga realistis. Jika intensitas hujan sangat tinggi, banjir tetap mungkin terjadi. Dalam kondisi itu, pompa banjir disiapkan sebagai opsi tambahan. “Mudah-mudahan dengan normalisasi sungai dan muara-muara, banjir bisa lebih cepat surut,” ujarnya.
