RADARCIREBON.ID-Kenyamanan warga Perumahan Bumi Sampiran Indah, Desa Ciperna, Kecamatan Talun, terganggu.
Pasalnya, keberadaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) berdiri tepat di depan rumah warga. Jaraknya hanya sekitar 10 meter dari permukiman.
Kondisi ini memicu keluhan serius terkait bau menyengat, lalat, hingga potensi gangguan kesehatan.
Baca Juga:Bangli Hilang, Parkir Liar Muncul, Lahan Kosong di Samping PGC Kembali “Hidup”Kenaikan PBB Kota Cirebon Diketok 19 Persen, Seperti Minum Obat, Kebut Perda Sehari Tiga Paripurna
Keluhan itu disampaikan Kana Kurniawan, warga Blok B4 RT 01 RW 10. Ia menilai, keberadaan TPS tersebut sudah melampaui batas kewajaran dan mengganggu kualitas hidup keluarganya maupun warga sekitar.
“TPS itu persis di depan rumah saya. Setiap hari bau sampah masuk ke rumah, lalat juga banyak. Kalau hujan, baunya jauh lebih menyengat,” ujar Kana, Senin (29/5).
Kana menuturkan, dirinya telah tinggal di Perumahan Bumi Sampiran Indah selama tiga tahun. Saat proses akad rumah dan pengajuan KPR, ia menyebut belum ada fasilitas TPS di lingkungan tersebut.
“Sekitar satu tahun setelah kami tinggal, baru ada TPS yang dibangun. Informasinya difasilitasi oleh pihak developer dan kini digunakan oleh tiga RT untuk membuang sampah,” terangnya.
Yang disayangkan, lanjut Kana, lokasi TPS tersebut awalnya diperuntukkan sebagai fasilitas umum (fasum), seperti area bermain anak.
Namun tanpa kejelasan, lahan itu berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah. “Saya juga tidak tahu ada kesepakatan apa sampai fasum berubah jadi TPS. Yang jelas, ini sangat mengganggu,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti dampak jangka panjang terhadap kesehatan. Menurutnya, keberadaan TPS yang terlalu dekat dengan pemukiman melanggar hak warga untuk mendapatkan lingkungan dan udara yang sehat.
Baca Juga:Dua Anggota Polres Ciko Dipecat karena Terlibat NarkobaFilm Suka Duka Tawa, Komedi Emosional Sarat Makna
“Jarak TPS ke rumah hanya sekitar 10 meter. Ini jelas tidak elok dan berpotensi menimbulkan dampak kesehatan dalam jangka panjang,” tegasnya.
Kana mengaku telah menyampaikan protes kepada pihak RT, RW, hingga pengembang perumahan sejak 7 Januari 2025. Namun hingga kini belum ada tanggapan maupun solusi konkret.
Warga berharap TPS tersebut segera direlokasi ke tempat yang lebih layak dan jauh dari pemukiman demi kenyamanan dan kesehatan bersama.
“Kami tidak menolak adanya TPS, tapi mohon dicarikan lokasi yang tepat. Harus ada solusi terbaik untuk semua pihak,” tukasnya.
