Titik Banjir Lain di Kota Cirebon Teridentifikasi, Tantangannya Berbeda-beda

Titik Banjir Lain di Kota Cirebon Teridentifikasi
Kondisi Jalan Terusan Pemuda, kemarin. Titik itu menjadi pekerjaan rumah yang akan dibenahi Edo di 2026 (Foto Kiri). Titik banjir lainnya, yakni di Jalan Perjuangan (Foto kanan). Foto: Seno Dwi Priyanto-Abdullah/Radar Cirebon
0 Komentar

RADARCIREBON.ID- Dari pembenahan Jalan Cipto, sejumlah titik rawan banjir pun teridentifikasi. Di antaranya Jalan Pemuda, Terusan Jalan Pemuda, serta kawasan sekitar Rumah Sakit Putra Bahagia di Jalan Ciremai Raya. Titik krusial penyebab genangan sudah diketahui. Tinggal menunggu pelaksanaan teknis.

Namun, tidak semua kawasan semudah Cipto. Di Kalijaga, tantangannya berbeda. Banjir tidak hanya berasal dari aliran dalam kota, tetapi juga kiriman dari wilayah hulu. Posisi Kota Cirebon yang berada di hilir paling rendah membuat dampaknya tak terelakkan saat debit air di hulu meningkat. Penanganan Kalijaga tidak bisa dilakukan parsial. Normalisasi sungai menjadi kunci.

“Namun kendala utama hingga kini adalah akses alat berat. Bantaran sungai yang sudah dipenuhi bangunan rumah warga membuat alat berat sulit masuk. Membongkar rumah bukan pilihan, sementara tanpa alat berat, normalisasi tak bisa optimal,” jelas Edo saat ditemui Radar Cirebon di ruang kerjanya, Selasa (30/12/2025).

Baca Juga:Pelimpahan Kasus Gedung Setda ke Pengadilan Tipikor Kemungkinan Februari 2026Biaya Mahal Jadi Alasan, Partai Besar Dorong Pilkada Dikembalikan ke DPRD

Masalah lain adalah sampah. Rendahnya kesadaran sebagian masyarakat membuat alur sungai kembali menyempit, meski sudah dibersihkan. Pemkot bersama TNI, Polri, lurah, camat, dan unsur terkait terus mencari solusi akses agar pekerjaan bisa berjalan efektif.

Tahun 2025 sendiri menjadi fase penting bagi Kota Cirebon. Tahun membongkar masalah lama, dari yang paling bawah, paling kotor, dan paling rumit. Dari saluran air yang tertimbun puluhan tahun, tumpukan sampah yang dibiarkan terbuka, bantaran sungai yang berubah menjadi ruang liar, hingga jalan-jalan utama yang lama dikeluhkan warga. Satu per satu pun disentuh.

Walikota Effendi Edo sejak awal menegaskan bahwa penanganan kota tidak bisa lagi bersifat tambal-sulam. Masalah lama tak bisa diselesaikan dengan pendekatan lama. Maka, tahun 2025 dipilih sebagai tahun membangun fondasi: infrastruktur dasar, pengendalian banjir, penataan ruang publik, hingga pengelolaan lingkungan.

Setiap hari, sekitar 200 ton sampah masuk ke TPA Kopi Luhur. Selama bertahun-tahun, sampah itu hanya ditumpuk. Terbuka. Bau. Tak terkendali. Metode open dumping dipraktikkan karena murah, meski meninggalkan persoalan lingkungan yang panjang.

Tahun 2025 menjadi titik balik. Pasca-sanksi dari Kementerian Lingkungan Hidup, Pemkot Cirebon mulai membenahi cara kerja di TPA Kopi Luhur.

0 Komentar