Titik Banjir Lain di Kota Cirebon Teridentifikasi, Tantangannya Berbeda-beda

Titik Banjir Lain di Kota Cirebon Teridentifikasi
Kondisi Jalan Terusan Pemuda, kemarin. Titik itu menjadi pekerjaan rumah yang akan dibenahi Edo di 2026 (Foto Kiri). Titik banjir lainnya, yakni di Jalan Perjuangan (Foto kanan). Foto: Seno Dwi Priyanto-Abdullah/Radar Cirebon
0 Komentar

Anggaran Rp4,2 miliar dari APBD 2025 digelontorkan untuk memastikan kawasan ini lebih ramah pejalan kaki. Pekerjaan dilakukan siang dan malam dengan sistem shift agar selesai tepat waktu.

Tak hanya trotoar. Penerangan Jalan Umum (PJU) tematik juga dipasang. Sebanyak 56 unit PJU berornamen udang berdiri di sepanjang Kartini–Tuparev. Identitas Kota Udang diperkuat. Kawasan menjadi lebih terang dan aman di malam hari.

Lampu-lampu ini tidak sekadar estetika. Tiga arah pencahayaan dipasang: ke badan jalan, ke trotoar, dan ke ornamen. Kabel ditanam di bawah tanah. Pencahayaan dibuat zig-zag agar merata.

Baca Juga:Pelimpahan Kasus Gedung Setda ke Pengadilan Tipikor Kemungkinan Februari 2026Biaya Mahal Jadi Alasan, Partai Besar Dorong Pilkada Dikembalikan ke DPRD

Penataan paling kompleks di 2025 terjadi di Sungai Sukalila dan Kalibaru. Bertahun-tahun, kawasan ini identik dengan bangunan liar, PKL tak tertata, hingga stigma sosial yang kuat.

Penertiban besar-besaran dilakukan. Bangunan di sempadan sungai dibongkar. Lapak diratakan. Ruang sungai dibuka kembali. Proses berlangsung relatif kondusif. Sebagian warga membongkar secara mandiri.

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk–Cisanggarung menegaskan, penataan ini bukan tindakan sesaat. Sungai Sukalila dipandang sebagai satu sistem dari hulu hingga hilir. Penataan tidak bisa parsial.

Pasca-sterilisasi, Sungai Sukalila direncanakan menjadi kawasan river garden. Jalur pedestrian. Ruang publik. Ramah lansia. Ikon kota baru. Normalisasi sungai disiapkan secara teknis. Sedimen diuji di laboratorium. Semua dilakukan untuk memastikan penataan aman bagi lingkungan.

Penataan ruang publik juga menyentuh kawasan Stadion Bima. Pada 2025, Satpol PP menertibkan puluhan bangunan PKL yang melanggar ketentuan.

Ukuran lapak dipangkas sesuai aturan: maksimal dua meter. Area jogging track dikembalikan ke fungsi awalnya. Penertiban dilakukan bertahap, dengan pendekatan dialog.

Dari 163 PKL, jumlahnya berkurang signifikan. Targetnya jelas: ruang olahraga tetap bisa dinikmati warga, tanpa mematikan mata pencaharian secara tiba-tiba. Di penghujung 2025, Pemkot Cirebon menyadari satu hal: pekerjaan belum selesai. Tetapi fondasi sudah diletakkan. TPA mulai terkendali. Jalan utama diperbaiki. Drainase dibenahi dari bawah. Sungai disterilkan. Trotoar ditata. Ruang publik dikembalikan ke fungsi semestinya.

Baca Juga:Melihat Distribusi Paket MBG di Cirebon Saat Libur SemesterPilkada 2026, PDIP Tegas Bertahan pada Pemilihan Langsung

Fokus ke depan sudah digariskan. Tahun 2026 pembangunan fisik masih menjadi prioritas.

Penanganan banjir diperluas. Normalisasi sungai dilanjutkan. Penataan kawasan kumuh diperluas. Target jangka menengahnya tegas: pada 2027, tidak ada lagi genangan yang bertahan berhari-hari. Sungai jadi ruang publik. Kota lebih rapi. Lebih aman. Lebih layak huni. Tahun 2025, bagi Kota Cirebon, bukan tahun selesai. Tetapi tahun mulai benar-benar bekerja. (ade)

0 Komentar