SETELAH bertahan selama puluhan tahun, tempat prostitusi di Blok Jongor Desa Mundu Pesisir, akhirnya rata dengan tanah, pada Rabu (8/7). Tak ada perlawanan, tak ada ketegangan dalam pembongkaran tersebut.
Para penghuni warung remang-remang itu, bahkan sebagian sudah meninggalkan bangunan semi permanen yang berada di sempadan Sungai Kalijaga tersebut secara bertahap, sejak seminggu sebelumnya.
Lancarnya pembongkaran bangunan liar yang jadi sarang prostitusi itu, bukan tanpa alasan.
Sosok di belakang suksesnya pembongkaran tersebut, tak lain adalah Camat Mundu, H Anwar Sadat SSos MSi, yang baru beberapa bulan menduduki jabatan tersebut, setelah promosi dari jabatan sebelumnya sebagai Sekmat Kapetakan.
“Kalau saya sendiri ini tidak akan bias. Ini dukungan dari banyak pihak, terutama masyarakatnya, pemdes, muspika dan pastinya dukungan dari kepala daerah,” ujar Anwar.
Ditambahkan ayah empat anak ini, penertiban bermula dari keresahan masyarakat yang mungkin sudah mencapai puncak, setelah upaya-upaya persuasif yang dilakukan, tidak diindahkan oleh para penghuni warung remang-remang.
“Sudah kita peringatkan. Baik secara lisan maupun teguran tertulis. Kita peringatkan kalau aktivitas itu meresahkan. Warga banyak yang protes berkali-kali, terlebih yang aktivitas di situ banyak pendatangnya, bukan warga kita,” imbuhnya.
Setelah melalui beberapa tahap, akhirnya warga sepakat. Tempat tersebut harus tutup dan sudah tidak ada toleransi. Hal itu karena sudah berkali-kali peringatan yang diberikan tidak diindahkan.
“Saat sudah diberikan peringatan agar tidak membuka praktik prostitusi dilanggar, setelah peringatan pertama yang kita berikan, seminggu kemudian malah praktik siang-siang. Kita ada buktinya. Pelakunya kita tangkap basah,” bebernya.
Menurut Anwar, dari bangunan-bangunan tersebut, setidaknya ada sekitar 50 sampai 60 kamar yang biasa digunakan oleh para PSK untuk melayani para pria hidung belang.
“Ada yang satu bangunan itu sampai 6 kamar. Ruangannya kecil, hanya ada ranjang dan kasur kumal. Paling sedikit satu bangunan isinya 3 kamar,” jelasnya.
Rata-rata pemilik atau penyewa warung berasal dari wilayah Jakarta, Tegal, Brebes dan Bekasi. Mereka menyewa pada pihak lainnya dan membayar biaya bulanan sekitar Rp500 sampai Rp700 ribu.