Banyak Perempuan Jadi Korban Aksi Terorisme, Fatayat Kabupaten Cirebon Garap Isu Radikalisme

Fatayat-(6)
Pengurus Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Cirebon periode 2020-2025 dilantik di NU Center Sumber, Minggu (1/3). Foto: Apridista Siti Ramdhani/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Pengurus Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Cirebon periode 2020-2025 dilantik di NU Center Sumber, Minggu (1/3). Rangkaian pelantikan di antaranya digelar seminar yang bertemakan Perempuan dalam Menangkal Radikalisme.     

Seminar itu penting karena tren baru dalam aksi terorisme
menjadikan perempuan sebagai pelaku. Sebelumnya aksi-aksi teror berwajah
maskulin dan menggunakan pendekatan patriarkal, belakangan aksi-aksi teror
memanfaatkan perempuan sebagai pelaku dan dengan pendekatan feminin.

Meskipun
faktanya perempuan adalah pelaku, hakikatnya adalah korban. Korban dari kondisi ketidaktahuan
mereka lalu dimanfaatkan pihak-pihak yang memiliki rencana yang sistematik
untuk aksi terorisme.

Baca Juga:Ini Alasan BIJB dan Pelabuhan Indramayu Jadi Titik Transit 69 WNI ABK Diamond Princess6 Partai Berkoalisi Siap Rebut Kepemimpinan Indramayu

Hal tersebut menjadi latar belakang seminar yang menghadirkan
Anisa Rahmawati (Ketua V PP Fatayat NU), Nuruzzaman (Komandan Densus 99 PP GP Ansor),
dan Hanifah Haris (Manager Program Aman Indonesia).  

Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Cirebon Roziqoh
mengungkapkan, sejumlah faktor radikalisme ditengarai sebagai penyebab mengapa
perempuan terlibat terorisme. Di antaranya, faktor pergaulan dan pertemanan, perasaan teralienasi dan
terpinggirkan, perasaan frustrasi dan dendam. Namun faktor ideologi radikal menjadi
kata kunci ketika mereka sudah berada dalam kelompok teroris.

Sejumlah
penelitian mengungkapkan, para perempuan yang direkrut dalam jaringan tersebut
didoktrin setiap saat dengan pandangan keislaman yang radikal. Mereka dijejali
dengan narasi-narasi Islam tertindas, tentang romantisme kejayaan Islam masa
khilafah. Tentang wajibnya mendirikan negara khilafah yang akan membebaskan
mereka dari ketidakadilan dan kemiskinan.

Mereka juga
didoktrin dengan kisah-kisah figur perempuan pemberani dalam sejarah Islam.
Wajibnya menegakkan
syariat Islam dan pentingnya menghapus demokrasi dan negara Pancasila yang
mereka juluki sebagai thagut (musuh Islam).

“Hakikatnya perempuan hanya korban dari
oknum-oknum yang memiliki rencana jahat itu,” ujar Roziqoh usai pelantikan PC Fatayat NU Kabupaten Cirebon, Minggu (1/3).

Perempuan yang akrab disapa Iqoh ini menambahkan, faktor lain yang menyebabkan perempuan rentan menjadi korban radikalisme yaitu kurangnya Bargaining Position yang dimiliki perempuan. Perempuan tidak bisa melakukan penolakan jika ada pihak yang mengajak menikah khususnya dengan yang memiliki gelar keagamaan seperti ustaz ataupun syekh.

Selain itu
perempuan juga tidak memiliki daya tolak karena suami atau saudaranya sudah

0 Komentar