Bisnis Kuliner Tergerus Pandemi

Bisnis Kuliner Tergerus Pandemi
Beberapa pengunjung di Superdog Cirebon, Minggu (20/9). Omzet usaha kuliner mulai membaik di masa AKB meski masih jauh dari normal. Foto: Apridista S Ramdhani/Radar Cirebon
0 Komentar

Di tengah pemberlakuan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), bisnis kuliner belum benar-benar kembali ke titik normal. Sektor penghasil pendapatan asli daerah (PAD) tertinggi bagi Kota Cirebon ini, masih tertatih-tatih untuk bangkit.

SELAMA pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sektor kuliner benar-benar terpuruk. Memasuki AKB, memang ada perbaikan. Namun untuk bisa dikatakan normal, masih jauh dari kondisi sebelumnya.
Dari data yang dihimpun Radar Cirebon, pajak restoran termasuk yang masih jauh dari realisasi. Perolehannya baru 61,4 persen dari target Rp46,6 miliar.
Padahal di tahun 2019, pajak hotel dan restoran mampu melampaui target di triwulan ketiga. Kondisi ini tidak lepas dari dampak pandemi covid-19 yang membuat sektor pariwisata terpuruk. Kondisi ini tidak lepas dari omzet usaha kuliner yang masih jauh dari masa normal.
Owner Superdog, Lucky Arianto Husein Mukti mengatakan, sejak awal pandemi terjadi usahanya sempat tutup. Selama itu, dia menderita kerugian bahkan omzetnya nol.
Seiring berjalannya waktu, pemerintah pun memberikan kelonggaran, membuka usahanya di tengah pandemi sedikitnya Kiki pun bisa merasakan angin segar. “Dari situ saya mulai merangkak untuk menuju omzet normal. Perolehannya ke angka normal masih sekitar 30-40 persen,” kata Kiki, kepada Radar Cirebon.
Beragam kelonggaran, dan diperbolehkannya dine in, omzet menuju normal pun mulai masuk ke sekitar 80 persen. Namun kondisi usaha kuliner juga tidak lepas dari perkembangan covid-19 di Kota Cirebon. Saat kasus naik, omzet usaha cenderung kembali merosot. “Kalau ada kasus naik, zona merah, langsung sepi. Paling hanya segelitir pengunjung,” ungkapnya.
Untuk market sendiri, terjadi perubahan sejak awal buka usai PSBB hingga kini. Awalnya pelanggan yang dine in mayoritas adalah keluarga. Kini pengunjung lebih didominasi remaja. Kemungkinan besar pelanggan dari segmen keluarga berusaha untuk tidak makan di luar atau di restoran. Apalagi orang tua.
Kondisi ini pun turut dirasakan para pengusaha kuliner khas Cirebon, seperti Empal Gentong. Pemilik dan pengelola Empal Gentong H Apud, Eroh misalnya. Hingga saat ini omzetnya masih jauh dari omzet normal.

0 Komentar