Ciayumajakuning Kasus DBD di Klaim Menurun

Ciayumajakuning Kasus DBD di Klaim Menurun
INFOGRAFIS DBD CIAYUMAJAKUNING
0 Komentar

WILAYAH Cirebon
disebut-sebut daerah dengan tingkat DBD cukup tinggi. Tapi, itu bukan dari Kota
Cirebon. Hal  itu ditegaskan Kepala Dinas
Kesehatan Kota Cirebon dr Edy Sugiarto MKes saat dikonfirmasi Radar Cirebon, Selasa (10/3).

Edy mengatakan, kasus DBD
yang terjadi Kota Cirebon terbilang minim dibandingkan daerah lainnya. “Tidak
benar (DBD terbanyak di Kota Cirebon, red).
Keliru itu. Justru di Kota Cirebon itu paling sedikit dibandingkan daerah lain
di Ciayumajakuning,” kata Edy.

Ia menjelaskan, sejak Januari
hingga Maret ini, kasus DBD di Kota Cirebon 18 kasus. Terbanyak di Kecamatan
Harjamukti dan Kesambi. “Semua sudah dan sedang dalam perawatan. Tidak ada yang
meninggal dunia,” ujar Edy.

Baca Juga:Malam Ini Momen Temu Sastrawan Tasik-Cirebon, Bahas Novela “Hari Terakhir di Rumah Bordil”Bupati Bantah Sengaja Ulur Mutasi

Sementara itu, kasus demam
berdarah dengue (DBD) dan demam shock syndrome (DSS) di Kabupaten Cirebon dalam
dua bulan melonjak drastis. Dari data Dinas Kesehatan, kasus DBD dan DSS di
Kabupaten Cirebon selama Januari-Februari sudah menyentuh angka 173 kasus. Dua
pasien meninggal dunia pada bulan Januari lalu.

Meski demikian, Kepala Dinkes
Kabupaten Cirebon Hj Eni Suhaeni SKM MKes mengatakan jika dibandingkan dengan
angka kasus DBD pada bulan yang sama pada tahun 2019, maka jumlah yang terjadi
saat ini mengalami penurunan. “Tahun lalu di bulan yang sama yakni Januari dan
Februari 2019, jumlah 305 kasus dengan jumlah korban meninggal 5 orang.
Sekarang di waktu yang sama di 2020, terjadi 173 kasus dengan jumlah korban
meninggal 2 orang,” ujarnya.

Menurut Eni, pada 2019
lalu jumlah total kasus DBD yang terdata di Dinkes Kabupaten Cirebon sebanyak 1.291
kasus dengan jumlah korban meninggal sebanyak 17 orang. “Kita terus lakukan
upaya untuk menekan kasus DBD tiap tahun. Kita berikan edukasi kepada
masyarakat agar bersama-sama melakukan pemberantasan sarung nyamuk,” jelasnya.

Kasus tertinggi selama
tahun 2019 terjadi pada bulan Mei yang menyentuh hingga 220 kasus dengan 3
orang meninggal dunia. Sementara untuk jumlah korban meninggal terbanyak
terjadi pada April 2019, di mana terjadi 195 kasus dengan jumlah korban
meninggal sebanyak 6 orang. “Kalau kita lihat trennya lebih kecil dari tahun
lalu. Masih belum bisa disebut sebagai kejadian luar biasa (KLB). Tapi meskipun

0 Komentar