Kaji Situs Matangaji, Tentukan Status Cagar Budaya atau Bukan

0 Komentar

CIREBON – Tim
Balai Arkeologi Bandung telah mengunjungi Blok Melangse, Kelurahan Karyamulya,
Kecamatan Kesambi. Mereka melakukan pengamatan visual sebelum dilakukannya
penelitian lebih lanjut pada Situs Petilasan Sultan Matangaji.

Rombongan Balai Arkeologi, sempat ditunjukkan lokasi titik
yang menjadi kontroversi tersebut selepas salat Jumat. Namun, berhubung cuaca
tidak mendukung, hanya visualisasi sekilas yang dilakukan untuk pemetaan awal.
Berikutnya, penelitian lanjutan yang rencananya akan digelar selama tiga hari
di lokasi tersebut.

Setelah melakukan visualisasi awal, tim Balai Arkeologi
beserta rombongan Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (DKOKP)
dan calon anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) kembali melakukan briefing di
Aula DKOKP.

Baca Juga:Pengoperasian BRT Kota Cirebon Terancam Disalip Trans JabarPDP Cari Partner untuk Operator BRT

Para pihak yang berkepentingan diundang untuk memaparkan
bahan analisis awal, termasuk diperlihatkan artefak batu bata sisa reruntuhan
bangunan yang diduga situs dari lokasi.

Kepala Balai Arkeologi Jawa Barat, Deni Sutrisna M Hum belum
bisa dimintai keterangan. Sebab yang dilakukan tim masih dalam proses persiapan
awal. “Nanti saja kalau sudah berjalan,” kata Deni, kepada Radar Cirebon, Jumat (6/3).

Kedatangan Balai Arkeologi merupakan tindak lanjut dari
rekomendasi DPRD. Kepala DKOKP, Agus Suherman kemudian menyampaikan undangan
tertulis agar dikirim tim ke Cirebon.

Dalam hal penelitian Situs Petilasan Sultan Matangaji DKOKP
menyerahkan sepenuhnya kepada Balai Arkeologi. Sebab, tim yang dikirim memiliki
kompetensi, metode, serta peralatan yang mumpuni untuk meneliti dan memastikan
status dari lokasi tersebut.

“Apakah nanti mau melakukan langkah kurasi dulu, atau
langsung meneliti sampel dari artfaknya, kita serahkan sepenuhnya kepada mereka
yang memang punya kompetensi dalam bidang ini,” imbuhnya.

Seperti diketahui, pasca polemik pembongkaran area Situs
Petilasan Sultan Matangaji, telah dilakukan eskavasi oleh kelompok masyarakat.
Penggalian area situs yang tertimbun tanah juga atas pendampingan DKOKP.

Dari proses itu, didapatkan beberapa struktur bata dan
artefak yang telah direlokasi untuk menjadi bahan penelitian tim ahli. Radar
Cirebon yang berkesempatan melihat beberapa artefak tersebut. Juga melakukan
pengukuran dimensinya.

Baca Juga:Masuk Sawah, Sopir: Pikiran Saya Seperti KosongBawa Kabur dan Jual Motor Saudara Sendiri

Hasilnya, material bata tersebut ukurannya memang tidak
lazim. Jauh lebih besar dari bata merah yang diproduksi saat ini. Kendati demikian,

0 Komentar