MAJALENGKA.RADARCIREBON.ID– Kreativitas anak muda dalam bidang perfilman tidak lagi menjadi dominasi dari warga kota besar. Kini, dalam beberapa waktu terakhir, geliat di daerah kecil dengan segala keunikannya mulai terasa.
Untuk kualitas, karya-karya film kalangan milenial di daerah kecil, memang masih harus terus diasah. Namun, hal yang penting dari semua itu, minat mereka terhadap seni jenis ini mulai tumbuh.
Praktisi film, penggiat pengarsipan dan film, Budi Sumarno menjelaskan, dalam hal menumbuhkan minat masyarakat yang terpenting adalah munculnya kreativitas.
Baca Juga:Guru SDN Lengkong Kulon Majalengka Terpilih Jadi Wasit NasionalGAWAT WAKTU MEPET Tak Bisa Diperpanjang, BKN Minta Pemda Serahkan Data Honorer Sebelum 31 Maret
“Mengembangkan ide kreatif, minat membuat filmnya itu harus ditumbuhkan. Jangan bicara bagus-jeleknya dulu, tapi minat dan kreatifnya dulu. Kalau itu sudah tumbuh, akan berkembang. Ternyata sudah muncul,” kata Budi di sela-sela Festival Film Pendek Folklore di Gedung BKPSDM Majalengka, Senin (19/3).
Event Festival Film Pendek Folklore yang digagas Komunitas Cinta Film Indonesia (CFI) menjadi salah satu upaya untuk menumbuhkan minat generasi terhadap dunia perfilman. Ketika geliat tersebut mulai muncul, akan mudah terbentuk sebuah ekosistem.
“Ada 23 peserta. Dari film ini bukan sinematografinya yang kami pilih. Lebih utama kepada karya-karya kreatif. Karena ini harus dimunculkan dari awal. Jadi ini salah satu upaya menumbuhkan ekosistem perfilman. Ekosistem perfilman di daerah bisa maju jika sudah mau berkarya,” jelas Budi yang juga ketua CFI.
Pamong Budaya Ahli Muda Direktorat perfilman, Musik, dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Rulia Hasyim menjelaskan, minat generasi muda dalam dunia perfilman harus terus ditumbuhkan. Pemerintah sendiri, posisinya sebagai pendukung.
“Anak muda harus tampil. Maaf, kami kan Tut Wuri Handayani, kami mengikuti aja dari belakang. Di sini anak mudanya yang harus lebih menangkap,” jelasnya.
Dari beberapa karya peserta, Rulia menyebut memiliki kelebihan tersendiri. Di antara peserta menggambarkan kondisi lingkungan sekitar, di antaranya pertanian.
Lewat karya tersebut, jelas dia, bisa diketahui kondisi dunia pertanian di daerah. “Kita kan jadi terbuka, kenapa pemerintah harus impor beras. Karena dari generasi mudanya pun sudah tidak mau. Alasannya karena kotorlah, tidak menguntungkan. Itu kan,” ucapnya