SUMBER – Sejumlah petani di Kabupaten Cirebon kembali melakukan gerakan percepatan tanam sehubungan curah hujan yang cenderung meningkat. “Kami dan petani lainnya sudah dan sedang melakukan gerakan tanam serentak,” kata pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar kepada Radar Cirebon, kemarin.
Menurutnya, gerakan percepatan tanam dilakukan petani menyusul tingginya curah hujan selama dua pekan terakhir. Saat ini, kata dia, petani yang menggarap lahan persawahan di wilayahnya sudah ditanami padi seluas 30 ribu hektare.
“Mereka (petani), melakukan gerakan percepatan tanam karena pada bulan September 2020 lalu, memasuki panen. Kami terpaksa melakukan percepatan tanam kembali sehubungan curah hujan tinggi,” ungkapnya.
Menurut dia, gerakan percepatan tanam yang dilakukan bulan Oktober 2020, dipastikan panen awal Februari 2021. Sebab, petani di sini menanam padi menggunakan benih bersertifikat dengan masa panen sekitar 110 hari setelah tanam.
Dikatakannya, percepatan tanam dan dampak La Lina, merupakan satu paket yang tidak terpisahkan. Salah satu tujuan program percepatan tanam adalah mempercepat masa paceklik. Tercukupi ketersediaan stok pangan, baik skala nasional, regional dan lokal. Lalu, terbukanya lapangan pekerjaan bagi buruh tani, serta kelancaran roda perekonomian secara luas.
“Adapun pengaruh dampak La Lina adalah curah hujan sangat tinggi. Populasi hama dan penyakit pada tanaman meningkat. Kemungkinan adanya banjir berdurasi cukup lama. Biaya produksi termasuk pasca panen cukup tinggi,” tutur Tasrip.
Untuk itu, pihaknya perlu melakukan upaya langkah-langkah konkret untuk mengatasi antisipasi. “Solusinya perlu kesiapan SDM petani. Perlu penyediaan benih varietas unggul produksi tinggi yang stabil terhadap musim hujan. Menyiapkan bantuan berupa fasilitas kredit usaha rakyat (KUR). Pastikan seluruh petani sebagai peserta asuransi usaha pertanian. Tersedianya alat tekhnologi pemanen (combayn), menjamin kenaikan produksi. Lalu, tersedianya alat pemanen berbasis tekhnologi seperti combayn. Juga adanya perangkat penanggulangan banjir secara terstruktur,” tukasnya. (via)