PKL Kolong Fly Over Makin Marak

PKL Kolong Fly Over Makin Marak
MEMBAHAYAKAN: Jumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) di bawah jembatan layang (fly over) Gebang semakin banyak. Padahal kondisi tersebut sangat membahayakan penjual dan pembeli, karena mengingat lokasinya persis di sisi jalan Pantura yang sering dilalui banyak kendaraan besar. FOTO: Ilmi Yanfa Unnas/ Radar Cirebon
0 Komentar

 
 
GEBANG – Pedagang Kaki Lima (PKL) di bawah jembatan layang (fly over) Gebang semakin banyak dan marak. Kondisi tersebut sangat membahayakan penjual dan pembeli, mengingat lokasinya persis di sisi jalan Pantura yang sering dilalui banyak kendaraan besar.
Kuwu Desa Gebang Ilir, H Selamet kepada Radar mengakui, persoalan PKL di bawah fly over menjadi persoalan yang tidak pernah tuntas. “Itu persoalan yang sulit dipecahkan,” keluhnya.
Adanya pedagang yang berjualan di bawaj fly over Gebang menurut Selamet sangat berpengaruh kepada Pasar Desa Gebang Ilir.
“Pertama itu pedagang yang menempati pasar Desa Gebang Ilir baru 50 persen, padahal pasar desa ini sudah dua tahun beroperasi. Kedua jelas mempengaruhi pedagang di dalam pasar, karena pembeli lebih memilih membeli di pedagang dibawah fly over. Sehingga merugikan pedagang di dalam pasar desa,” keluhnya.
Selain itu juga dengan adanya pedagang di bawah fly over cukup membahayakan pedagang dan pembeli. “Soalnya itu disamping persis jalan Pantura. Kalau Subuh banyak truk dan bus ngebut lewat situ. Jadi bahaya sekali buat pedagang atau pembeli di bawah fly over,” terangnya.
Selamet sudah melayangkan surat kepada sat Pol PP Kabupaten Cirebon untuk dilakukan penertiban. “Namun sampai kirim surat dua kali, belum juga ada tanggapan dari Sat Pol PP untuk melakukan penertiban,” ungkapnya.
Selamet mengaku pernah meminta agar pedagang di bawah fly over untuk bisa masuk ke dalam pasar. “Mereka beralasan tidak mempunyai uang untuk mengontrak kios di dalam pasar desa,”ujarnya.
Namun menurut Selamet pedagang di bawah fly over itu dimintai sejumlah uang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. “Mereka mengaku tidak ada uang untuk berdagang di kios di pasar, padahal dagang di bawah fly over juga nggak gratis. Mereka dimintai uang oleh preman di situ. Dan, kalau dijumlahkan dalam beberapa tahun justru lebih mahal daripada harga sewa kios pasar desa,” bebernya. (den) 

0 Komentar