RADARCIREBON.ID-Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib dan hanya diperintahkan Allah Ta’ala kepada orang-orang yang beriman, dengan tujuan meraih gelar takwa dan berharap mendapatkan surgaNya, serta dapat melihat wajah Allah Ta’ala
Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang mulia diterangkan dalam hadist riwayat Imam Bukhari disebutkan;
“Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena taat pada perintahKu Allah. Puasa adalah untukku (Allah) dan Aku akan memberikan balasannya, sedang sesuatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat gandanya.”
Baca Juga:FULL SENYUM Nasabah BNI Kantor Cabang Cirebon Memenangkan Hadiah Undian Rejeki BNI #GaPakenanti 2022-2023 TAHAP PERTAMAYUK SIMAK, Kandungan Kurma Buah Yang Selalu Ada Saat Ramadhan
Selain menahan lapar dan haus kaum muslimin dituntut untuk dapat menahan diri dari hawa nafsu, dan menjauhi perbuatan dosa yang berpotensi mengurangi pahala puasanya.
Hal ini telah disinggung dalam hadist yang lain dimana Rosulullah Shallahu Alaihi Wasalam bersabda;
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga”
Selanjutnya apa saja perilaku yang dapat merusak atau menghilangkan pahala puasa? Dijelaskan sebagai berikut;
1. Berdusta
Berdusta atau berkata bohong adalah perkataan yang tidak sesuai dengan kenyataan, tidak sama antara hati dan lisannya.
Berdusta merupakan perbuatan yang dihukumi dosa besar, termasuk kedalam prilaku orang-orang yang munafik, dan dibenci Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang terbiasa berdusta, dia dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab” (orang yang banyak berdusta) dan dusta menjerumuskannya ke dalam keburukan.
Dijelaskan hal tersebut dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, “Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka. Dan sesungguhnya seseorang berdusta, dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”. Dan hedaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga. Dan sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Shiddiq”.” (Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami’ 4071)