Sistem Pemilu Proporsional Tertutup Hidupkan Oligarki

Sistem Pemilu Proporsional Tertutup Hidupkan Oligarki
ILUSTRASI. Sistem pemilu proposional tertutup dinilai lebih disukai partai politik yang punya tradisi komando yang kuat dan sedikit otoriter.
0 Komentar

RADARCIREBON.ID – Ada wacana Pemilu 2024 akan menggunakan sistem proporsional tertutup. Menurut anggota DPR RI Fraksi PKB dari Dapil Jabar X H Yanuar Prihatin MSi, dirinya yakin jika sistem proporsional tertutup yang nanti digunakan maka akan menghidupkan oligarki di dalam partai politik.

“Dengan tertutupnya kompetisi antara sesama kader. Maka akan melahirkan para politisi yang lebih mengakar ke atas daripada ke bawah, juga dimanfaatkan oleh kader partai politik yang berjiwa oportunis, elitis dan tidak mampu berkomunikasi dengan publik,” kata Yanuar kepada radarcirebon.id, kemarin.

Menurut Wakil Ketua Komisi II DPR RI ini, sistem oligarki tersebut digunakan sepanjang zaman orde baru. Jika ada pihak yang mengusulkan sistem proporsional tertutup. Maka, sambungnya hal itu akan membawa musibah dan kecelakaan dalam demokrasi. Apalagi, jika Mahkamah Konstitusi (MK) turut melegalisasi sistem tertutup tersebut.

Baca Juga:KPK Periksa Pejabat Waskita KaryaKapal Perang Kirim Logistik ke Karimun Jawa

“Bagi partai politik yang punya tradisi komando yang kuat dan sedikit otoriter, sistem pemilu proposional tertutup ini lebih disukai. Dan sistem seperti ini menjadi peluang karir terbesar untuk kader partai politik dengan karakter tersebut,” sebut Yanuar.

Dikatakan Yanuar, dengan tertutupnya kompetisi sesama kader maka akan melahirkan para politis yang lebih mengakar ke atas daripada ke bawah.

“Sistem proporsional tertutup juga dimanfaatkan oleh kader partai politik yang berjiwa oportunis, elitis dan tidak mampu berkomunikasi dengan publik,” terang legislator PKB yang merupakan putra tokoh NU era Gusdur, almarhum KH Ahmad Bagja tersebut.

Oleh karena itu, Yanuar meminta tidak ada satu pihak pun yang bermain-main dengan sistem kepemiluan yang sudah ada di Indonesia. Ia tak ingin kegairahan dan partisipasi politik rakyat yang sudah terjadi melalui sistem pemilu proporsional terbuka menjadi hilang karena sistem Pemilu tertutup.

“Kita semua sudah berinvestasi besar untuk menumbuhkan kegairahan dan partisipasi politik rakyat, memperkuat hubungan timbal balik antara rakyat dan wakilnya, serta membangun budaya kompetisi yang masih terukur,” jelasnya. (muh)

0 Komentar