Warisan Akulturasi Budaya di Museum Keraton Kasepuhan

sejarah-tionghoa-cirebon
Peninggalan penduduk Tionghoa masih tersimpan dengan baik di Museum Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto: Ade Gustiana/Radar Cirebon.
0 Komentar

Catatan: Ade Gustiana

Jejak masuknya peradaban Tionghoa di masa lampau masih terekam dengan baik di Museum Keraton Kasepuhan.

Peninggalan Negeri Tirai Bambu mewariskan akulturasi budaya yang masih terjaga hingga sekarang.

Sejumlah peninggalan masih tersisa. Dari bentuk, ornamen, perpaduan warna, meriwayatkan perjalanan mereka hingga ke tanah air.

Baca Juga:Jadwal Bioskop CSB XXI Hari Ini, Minggu 22 Januari 2023; Pas Momen Liburan ImlekTempat Wisata Cirebon, Keraton hingga Goa; Jalan-jalan Sekaligus Belajar Sejarah

Beberapa telah usang. Peninggalan-peninggalan itu disimpan di balik bilik kaca. Seperti mangkok/piring keramik, koin, kotak jamu. Termasuk senjata hingga meriam.

Di ujung museum terletak sebuah Ruang Pusaka Sunan Gunung Jati. Di dalamnya terdapat peninggalan-peninggalan sunan dengan nama asli Syarif Hidayatullah tersebut.

Yang juga menarik di ruangan itu yaitu baju yang pernah dikenakan Putri Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati. Coraknya seperti batik. Terbuat dari sutra.

“Istri Sunan Gunung Jati ini lebih dari satu orang. Salah satunya Putri Ong Tien,” ungkap Wakil Kepala Pemandu Badan Pengelola Keraton Kasepuhan, Raden Nanung Suradi kepada Radar Cirebon, belum lama ini.

Di lokasi itu juga tersimpan baju yang pernah digunakan Sunan Gunung Jati. Pria kelahiran tahun 1974 itu melanjutkan, beberapa peninggalan yang masih tersisa tak dipajang di museum.

Karena alasan tertentu. Salah satunya menjaga untuk memastikan peninggalan tersebut selalu dalam kondisi baik.

Selain peninggalan warga Tiongkok, museum itu memajang benda-benda yang pernah digunakan para wali dalam syiar Islam. Misalnya gamelan dan keris.

Baca Juga:Liburan Imlek di Cirebon, Ini Tempat-tempat Wisata yang Bisa Anda KunjungiTetap Ardern

Di bagian tengah museum -dibatasi ruang dari kaca- disimpan Kereta Singa Barong. Bagian dari kereta kencana yang menyerupai 3 hewan sekaligus: burung, gajah dan naga. Dibuat tahun 1549 masehi.

Orisinal rancangan para ahli di Kasultanan Cirebon yang dipimpin Pangeran Losari pada masa itu. Digunakan sebagai kendaraan sultan untuk acara adat. Digerakkan oleh 4 ekor kerbau bule yang berwarna putih.

Suspensi dilengkapi pegas lempengan besi. Badan kereta diikat dengan sabuk dari kulit kerbau. Bahan itu juga yang membuat kereta stabil ketika berjalan.

0 Komentar