Waspada Hama Penggerek dan Tikus

Waspada Hama Penggerek dan Tikus
KENDALIKAN HAMA: Petani di Kecamatan Bangodua sedang berburu hama tikus di musim tanam gadu, kemarin. FOTO: ANANG SYAHRONI/RADAR INDRAMAYU
0 Komentar

INDRAMAYU- Kondisi cuaca yang tidak menentu, petani dihimbau untuk mewaspadai hama penggerek dan tikus, yang dapat mengamcam tanaman padi di awal musim tanam gaduh.
Imbauan itu disampaikan Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Bangodua Toto Suharto SP kepada Radar, kemarin.
Dijelaskan Toto, ada beberapa hama yang perlu diwaspadai para petani saat musim tanam kemarau yang masih terdapat curah hujan, yakni hama wereng cokela dan teklik atau blas.
“Perkembangan wereng sekitar 3 sampai 5 ekor per rumpun. Biasanya dua minggu kedepan sudah pada menetas telurnya saat itu harus dikendalikan dengan insektisida. Jika tidak dikendalikan bahaya sekali akan merusak tanaman padi,” terangnya.
Namun, lanjut Toto, petani perlu mewaspadai perkembangan hama tikus dan penggerek. Dijelaskannya, walaupun saat ini perkembangannya di daerah-daerah endemis, namun dibutuhkan pengendalian yang tepat agar perkembang biakan tikus dan hama penggerek dapat dikendalikan dan tidak menyebar luas ke daerah lainnya karena bisa merugikan para petani.
“Teklik atau blas mulai terlihat, dan harus dikendalikan dari sekarang gejalanya. Terditeksi ada di daun saat malai keluar langsung serangan ke leher malai sehingga patah imbasnya pengisian bulir tidak berisi, ya gabug. Solusinya dengan pemberian pupuk urea jangan terlalu banyak, kemudian semprot dengan fungisida berbahan aktif metil tiofanat,” ujarnya.
Sementara, lanjut Toto, untuk pengendalian hama tikus yang dapat berkembang biak dengan cepat diperlukan aksi gotong royong dilakukan para petani dengan gropyokan hama tikus.
Hal senada dikatakan penyuluh lapangan Kecamatan Arahan, Trisuseno SP. Menurutnya, petani perlu mewaspadai perkembangan penyakit sundep yang dibawa hama penggerek batang menyerang pada fase vegetatif atau fase pertumbuhan. “Tandanya daun padi muda menguning tergulung, kemudian mengering dan mati,” ujarnya.
Penyebabnya, kata Trisusesno adalah ulat super kecil yang berwarna putih masuk kedalam batang padi dan memotong titik tumbuh tanaman.
“Tapi bisa tumbuh bertunas lagi bila dikendalikan melalui pengendalian hama secara terpadu dan disemprot gunakan insektisida  yang sasarannya untuk penggerek batang yang berbahan aktif,” ujarnya. (oni)
 

0 Komentar