14 Tahun Naik Turun Bukit, Digaji Rp300 Per Bulan, Diganjar Penghargaan

guru-honorer
DIGANJAR PENGHARGAAN: Eli, guru honorer di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan mendapat penghargaan di HUT PGRI ke 75 dan Hari Guru Nasional atas dedikasinya mendidik anak-anak.
0 Komentar

 
Perjuangan seorang guru untuk mendidik para siswanya agar menjadi pribadi terdidik, memang bukan pekerjaan mudah. Tak gampang membuat seorang siswa memahami bahan ajar yang diberikan, apalagi jika di setiap kelas terdapat belasan peserta didik bahkan bisa puluhan.

AGUS PANTHER, Kuningan
Selain kondisi setiap siswa berbeda, di sisi lain kendala di lapangan juga cukup kompleks. Terlebih persoalan klasik mengenai kesejahteraan guru, yang dipandang masih jauh dari harapan banyak orang. Hal ini pun dialami seorang guru honorer, sejak 14 tahun mengabdi dengan gaji setiap bulan yang diterima hanya Rp300 ribu. Ironis memang, namun inilah potret nyata nasib guru honerer di Kabupaten Kuningan.
Mungkin, sosok guru honorer ini satu dari sejuta kisah serupa yang dialami para rekan sejawatnya. Eli, begitulah sapaan akrab sosok guru honorer bernama lengkap Eli Mekawati SPd. Eli mendapat anugerah sebagai guru berprestasi di momentum Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke-75 tahun. Ia salah satu dari enam guru berprestasi tingkat kabupaten yang mendapat penghargaan langsung dari Bupati H Acep Purnama SH MH.
Eli mengaku kaget dan tak menyangka akan mendapat penghargaan dari Bupati Kuningan. Perempuan berusia 38 tahun ini, diundang panitia beberapa hari sebelum puncak peringatan Hari Guru Nasional tingkat kabupaten digelar.
“Saya mengajar sudah sejak 2006 lalu. Setiap hari mungkin sekitar 30 menit menempuh perjalanan dari rumah ke sekolah,” ujarnya.
Dirinya merupakan Guru Seni Budaya dan Keterampilan di MI Situgede Kecamatan Subang, Kabupaten Kuningan. Hampir setiap akan mengajar, dia berangkat sendiri menaiki sepeda motor dengan melintasi perbukitan dan hutan dengan jarak delapan kilometer. “Lokasinya memang di wilayah Kuningan timur kan bukit-bukit pegunungan. Jadi ya mau tidak mau harus hati-hati, karena di sana pinggirnya tebing dan hutan juga kan,” ungkapnya.
Hal itu telah dilakukan sejak tahun 2006 silam. Kendati demikian, Ia tak pernah putus asa dan tetap senang mengabdi untuk negara dengan cara mendidik para generasi penerus bangsa. “Saya harus tetap semangat ya, ini demi anak-anak di sekolah. Semangat untuk terus mengajar, untuk terus berkarya demi pendidikan anak-anak kita,” tukasnya.

0 Komentar