JAKARTA – Kebutuhan masker dalam
negeri sangat tinggi dengan masuknya virus corona atau Covid-19. Terlebih
dengan aksi borong dan penimbunan yang berdampak pada tingginya harga masker
dan kelangkaan di pasaran.
Direktur PT Rajawali Nusantara
Indonesia (RNI) Eko Taufik Wibowo memutuskan menghentikan ekspor masker untuk
kebutuhan Corporate Social Responsibility (CSR) ke luar negeri. Keputusan
tersebut diambil mengingat stok bahan baku untuk produksi masker kosong. Dan
kebutuhan akan masker dalam negeri sangat tinggi.
“Kita melayani CSR dan
permintaan ekspor, tidak boleh lagi ekspor dan terakhir untuk CSR BNI bagi TKI
di Hongkong. Setelah itu kita tidak boleh lagi, kebutuhan masker hanya untuk
Kimia Farma,” ujarnya di Jakarta, Jumat (/3).
Baca Juga:PTMSI Kota Cirebon Gulirkan Liga Tenis MejaDKOKP Kota Cirebon Hanya Tetapkan Kuota 100 Atlet untuk Popda Jabar 2020
Diungkapkannya saat ini stok masker
tersisa di gudang RNI hanya bisa dikeluarkan berdasarkan perintah Menteri BUMN
Erick Thohir dan Presiden Joko Widodo. Ini merupakan langkah mengatasi
penimbunan masker oleh oknum-oknum tertentu.
“Sisa stok masker saat ini di
gudang sekitar 100 ribu masker, tapi hanya untuk kebutuhan darurat saja.
Mungkin yang bisa memerintahkan masker ini dikeluarkan hanya Bapak Menteri BUMN
Erick Thohir dan Presiden Jokowi,” ujarnya.
Ditegaskannya, masker-masker itu
tidak akan dikeluarkan kecuali ada perintah dari Menteri BUMN dan Presiden RI.
“Menurut kita, stok masker di
pasaran itu masih banyak, cuma disimpan (ditimbun). Sebetulnya masih cukup
menurut saya,” katanya.
Di Jakarta sendiri, stok masker di
pasar masih mencukupi sekitar 3-4 juta masker. Eko mengatakan bahwa saat ini
pihaknya belum memproduksi masker. RNI berencana memproduksi untuk jamaah haji
pada Maret ini sekitar 5-7 juta masker. Namun bahan baku lapisan dalam masker
dari China kosong.
Dijelaskannya, bahan baku lapisan
dalam masker yang diimpor dari luar negeri merupakan komponen krusial dalam
produksi masker. “Komponen lapisan dalam, kalau untuk kainnya kita bisa
ambil dari produsen lokal, perihal asli atau KW pun tidak masalah kalau sedang
dalam kondisi darurat atau emergency. (lapisan dalam) Itu yang tidak bisa kita
produksi,” ujarnya.
RNI pun telah mendeteksi bahan baku