INDRAMAYU – Meningkatnya harga gabah pada musim rendeng mendapat
sambutan baik dari kalangan petani. Pasalnya, dengan harga gabah yang tembus di
kisaran Rp6.000/kg menjadi harga yang paling dinantikan kalangan petani.
Kenailan harga gabah dipicu stok
gabah petani yang sudah mulai berkurang, dan masih lamanya musim penen rendeng.
Namun di balik tingginya harga gabah membuat para pengusaha huller yang menjual beras kemasan harus
berputar otak agar tidak mengalami kerugian.
“Paling sentuh harga Rp5.500
perkilogram masih mending, ini di tingkat petani mencapai harga Rp6.000 ke atas.
Belum ongkos produksi, kemas dan angkut kirim. Ya, keuntungan ada tapi
tipis,” ujar pengusaha beras kemasan, Marna (52), kemarin (6/3).
Baca Juga:Banyak Negara Tak Serius Tangani CoronaAji Terpilih Menjadi Ajudan Milenial Gubernur
Dengan harga gabah menyentuh Rp6.000-
Rp6.600 perkilogramnya, diakui Marna sangat membebani para pengusaha beras
kemasan, karena harus memperhitungkan berbagai biaya selama produksi. Mulai
dari bahan bakar mesin penggilingan, kemasan, biaya penjemuran padi, dan biaya
lainnya sampai beras kemasan siap dijual ke pasaran.
“Banyak teman yang jual beras
kemasan sekarang produksinya terbatas juga, apalagi harga beras peningkatannya
paling kisaran harga Rp200 sampai Rp300 perkilogramnya,” ujar Marna.
Sementara itu, petani di Kabupaten
Indamayu Bustomi mengatakan, naiknya harga gabah yang semakin bagus, sangat
diamini para petani. Karena, naiknya harga gabah yang sampai menyentuh harga di
atas Rp6.000 perkilogramnya, merupakan hal yang langka.
“Alhamdulillah harga gabah
sudah sangat bagus biasanya harga gabah tingkat petani hanya Rp4.700
perkilogramnya, atau tinggi-tingginya sampai Rp5.000 lebih saja,” terangnya. (oni)