kematian di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau,
Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Barat.
Meski demikian, Siti Nadia
mengatakan total kasus tersebut mengalami penurunan dibandingkan 2019 di mana
terdapat 436 kematian akibat DBD dari keseluruhan 51.400 kasus pada rentang
waktu yang sama.“Kalau sepanjang
2019 Kemenkes mencatat terdapat sebanyak 137.761 kasus DBD dengan angka
kematian mencapai 917 orang,” ungkapnya.
Dikataka, saat ini yang
dilakukan pemerintah adalah terus mendorong peningkatan kegiatan pencegahan
dengan cara memberantas sarang nyamuk baik di rumah, sekolah, tempat ibadah,
dan tempat umum lainnya. Selain itu, pemerintah juga memastikan logistik tes
DBD, termasuk abate, insektisida, dan larvasida mencukupi dan tersedia di
daerah tersebut.
Baca Juga:Bupati Ingatkan Kuwu Hati-hati Kelola Dana DesaPasien Cirebon; 1 Baru Pulang dari Singapura, 1 Bertemu Banyak Orang
“Rumah sakit juga
disiagakan untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD dan memastikan cairan
serta alat kesehatan infus tersedia cukup di rumah sakit daerah,” katanya.
Data untuk Jawa Barat,
disampaikan juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani
Gelung Sakti. Ia mengatakan sejak Januari hingga awal Maret 2020, sudah 15
warga Jawa Barat meninggal akibat DBD. Angka korban jiwa akibat DBD pada
periode yang sama di tahun 2019 mencapai 49 orang. “Januari 2019 terdapat 26
orang dan Februari 2019 sebanyak 23 orang. Kalau 2020, ada 15 orang meninggal
periode Januari-awal Maret 2020,” kata Berli, dikuti melalui laman jpnn.com, Senin (9/3).
Ia mengatakan, apabila
dilihat dari jumlah kasus, korban jiwa akibat penyakit DBD saat ini jauh lebih
sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun sesuai definisi
operasional KLB (kejadian luar biasa), maka kasus DBD di tahun 2020 ini juga
masuk kategori KLB, karena sudah ada yang meninggal dunia. “Biar pun misalkan
yang meninggal hanya satu orang, apalagi ini sudah 15 orang,” kata dia. (gw/fin/jpnn)