CIREBON – Pemerintah Kota Cirebon telah merencanakan revitalisasi
Kawasan Pecinan dan Kampung Arab menjadi salah satu destinasi wisata.
Revitalisasi dan pengembangan kawasan wisata merupakan program prioritas
pemerintah dalam mewujudkan Cirebon sebagai Kota Kreatif berbasis budaya dan
sejarah.
Kepala Bidang Pariwisata DKOKP
Wandi Sofyan mengatakan, dua kawasan
tersebut, yakni Kampung Arab Panjunan dan Kampung Pecinan yang berada di
wilayah Lemahwungkuk masuk dalam roadmap
pengembangan pariwisata di Kota Cirebon.
Kawasan Kampung Arab yang dimulai
dari Jalan Pekarungan hingga Jalan Panjunan yang dihuni oleh komunitas Arab, serta
Jalan Pasuketan, Jalan Lemahwungkuk dan Kanoman yang dihuni oleh komunitas Tionghoa
dianggap memiliki potensi dalam pengembangann pariwisata Kota Cirebon ke depannya.
Baca Juga:Baru Ditambal Sebulan Rusak Lagi, Faktor Cuaca Pengaruhi Kondisi Flyover PegambiranPresiden Joko Widodo Andalkan Jahe Merah Hindari Corona
“Saat ini rencana pengembangan
Kawasan Pecinan dan Kampung Arab, sudah kita lelangkan Feasibiliy Study (FS)
dan DED (Detile Engenering Design) nya bersama dengan Kampung Batik Kriyan,” bebernya.
Setelah laporan hasil kajian FS dan
DED selesai, maka proses selanjutkan adalah evaluasi. Termasuk membicarakan
bagaimana konsep dan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak. Baru setelah
itu, akan dilakukan pembangunan fisiknya.
“Kemungkinan tahun depan akan
dimulai pembangunan fisiknya,” sebutnya.
Wandi melanjutkan, Kawasan Pecinan
dan Kampung Arab memiliki potensi wisata
yang bisa dikembangkan. Dalam kawasan Kampung Arab, misalnya, terdapat bangunan
Masjid Merah yang ikonik. Selain itu,
terdapat juga kultur budaya yang masih kental dari keturunan Arab yang mendiami
kawasan tersebut, khususnya saat hari hari besar dan bulan Ramadan.
Tak kalah, Kawasan Pecinan, yang
berdiri di sekitar Jalan Pasuketan, Jl Winaon dan Jalan Lemahwungkuk dan
sekitarnya, juga terdapat banyak bangunan yang kental dengan budaya Tionghoa.
Kelenteng Dewi Welas Asih, Kelenteng Talang, dan Kelenteng Winaon menjadi
beberapa contoh d iantaranya. Pun juga dengan event budaya yang telah rutin
digelar yakni Festival Cap Go Meh yang menyedot atensi ribuan masyarakat.
Termasuk para wisatawan dari berbagai daerah.
“Selain penyiapan fisik destinasi,
ada juga pembangunan non fisik. yaitu pemberdayaan masyarakatnya juga harus
dibangun. Jangan sampai fisik sudah jadi, tapi tidak ada aktivitas pariwisata.