Lukas Lock

0 Komentar

“Tapi rumah kematian tidak mau menerima mayat adik saya. Katanya, tidak ada fasilitas untuk kasus seperti adik saya ini,” ujar Luca. Di Italia yang menderita virus Corona memang sudah sekitar 10.000 orang –hampir 1000 orang meninggal dunia.

Padahal, di Tiongkok sudah sangat reda. Upacara-upacara penutupan rumah sakit darurat –karena tidak ada lagi pasien baru– terus terjadi setiap hari. Kabar baik yang sangat baik itu juga datang dari provinsi terparah: Hubei –pusat lahirnya virus Corona. Rabu kemarin penderita baru di provinsi ini “tinggal” 8 orang. Jangan-jangan hari ini sudah bisa 0. Atau besok. Atau lusa. Dari 67.000 penderita di Hubei, yang sudah sembuh 52.000 orang.

Di Provinsi Zhejiang –yang beribukota di Hangzhou, pusatnya Alibaba itu– dari 1.215 penderita yang sudah sembuh 1.209. Berarti tinggal enam orang yang belum sembuh. Di Provinsi Jiangxi –tempat saya belajar bahasa Mandarin dulu– dari 935 penderita, yang sudah sembuh 934. Tinggal satu orang yang masih dirawat.

Baca Juga:DPRD Kuningan Siap Bentuk Pansus TNGCIngin Mengenal Lebih Dekat Produksi Koran dan TV

Demikian juga di Provinsi Fujian –mayoritas Tionghoa Indonesia punya leluhur di provinsi ini– dari 296 penderita virus Corona yang sudah sembuh 295. Kurang satu orang lagi. Itulah situasi terbaru di Tiongkok. Tapi sukses seperti itu harus lewat penderitaan luar biasa ratusan juta orang. Mereka harus di-lock down –seperti yang sekarang dilakukan di Italia.

Lebih dua bulan orang Tiongkok harus dipenjara di rumah masing-masing. Italia pun mengikuti cara Tiongkok itu. Hancurnya ekonomi belum penting dibicarakan. Penyelamatan nyawa manusia yang harus diutamakan. Untuk apa ekonomi baik kalau semua manusianya meninggal dunia. (dahlan iskan)

0 Komentar