Selain gaji-13 dan THR, Sri Mulyani juga rencana kebijakan penundaan PPh dividen. Ini setelah perusahaan maupun individu menahan untuk tidak membagikan dividennya pada tahun ini karena mereka berharap pajak dividen akan dibebaskan pada tahun depan. “Untuk menambah relaksasi fasilitas pajak untuk hampir semua dunia usaha yang terdampak dan memberikan pengurangan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen serta penundaan PPh dividen kalau Omnibus Law disepakati,” ujarnya.
Kemudian, penurunan penerimaan negara juga berasal dari bea dan cukai yang diperkirakan turut mengalami kontraksi 2,2 persen akibat pemberian stimulus pembebasan bea masuk untuk 19 industri. “PNBP diperkirakan juga turun 26,5 persen karena harga ICP dalam APBN menggunakan asumsi 63 dolar AS sekarang harganya di bawah 30 dolar AS. SDA non migas juga mengalami penurunan karena harga batubara turun,” paparnya.
Dia menyebutkan untuk nilai pembiayaan pada 2020 akan sangat meningkat yaitu mencapai Rp545,7 triliun yang berasal dari pembiayaan utang Rp654,5 triliun dan pembiayaan non utang sebesar Rp108,9 triliun. “Pembiayaan ini akan kami upayakan mendapatkan financing dari berbagai sumber yang paling aman dulu dan tingkat biaya yang paling kecil,” ujarnya.
Sementara itu, belanja negara meningkat hingga Rp2.613,8 dari sebelumnya Rp2.504,4 triliun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka meningkatkan kesiapan pada sektor kesehatan dan memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat terdampak Covid-19. “Untuk kebutuhan untuk melindungi dunia usaha baik dalam bentuk pajak dan tambahan relaksasi,” terangnya.
Dalam kondisi ini, Sri Mulyani juga membeberkan sejumlah industri yang berpotensi meraup untung dan rugi akibat dampak wabah virus corona baru atau Covid-19. “Memang Covid-19 menimbulkan dampak negatif cukup dalam semua negara, namun tidak semua sektor mengalami dampak negatif, ada sektor diperkirakan menjadi winner,” terangnya.
Menkeu merinci sektor usaha yang justru berpotensi meraup untung dalam jangka pendek yakni industri tekstil dan produk tekstil yang berpeluang melakukan diversifikasi produk seperti Alat Pelindung Diri (APD) dan masker. Kemudian kimia, farmasi dan alat kesehatan yang menyokong kebutuhan primer dalam penanganan Covid-19 khususnya dalam peningkatan untuk kebersihan dan kebutuhan vitamin. Sektor ketiga yakni makanan dan minuman yang berpeluang tumbuh, karena menjadi kebutuhan primer masyarakat khususnya ekspansi layanan pesan antar.