HAMPIR seluruh sektor usaha terpukul akibat pandemi virus corona. Tak terkecuali usaha atau bisnis angkutan yang secara langsung sangat terpukul dengan kondisi saat ini. Terdampak sejak Jabodetabek memberlakukan PSBB, kini bertambah parah dengan adanya larangan mudik.
“Secara perlahan omzet kita turun menjadi 50 persen dari biasanya pada akhir Maret 2020. Ini terasa sekali, banyak wilayah yang tak bisa kita akses akibat pembatasan. Armada pun perlahan kita kandangkan untuk menghemat operasional,” ujar Kepala Operasional PT Bhinneka Sangkuriang Adamsyah Nadeak SH MH saat ditemui Radar Cirebon.
Ia mengakui kondisi semakin sulit dihadapi para pelaku bisnis angkutan sejak pemerintah mulai memberlakukan larangan mudik. Padahal momen ini yang ditunggu para pelaku usaha untuk meningkatkan pendapatan.
“Akhir Maret 2020 masih mending cuma 50 persen omzetnya. Sekarang setelah pemberlakuan pelarangan mudik, omzet kita terjun bebas. Kita kehilangan omzet sampai 95 persen,” jelasnya.
Para pelaku bisnis angkutan, menurut Adamsyah, kini kebingungan untuk menutup biaya operasional kantor dan biaya perawatan unit serta kebutuhan lainnya yang angkanya lumayan besar. Sementara selama pemberlakuan larangan mudik ini perusahaan tidak mendapata pendatapan.
“Kita juga bingung ini untuk menutup operasional kantor dan biaya perawatan unit. Mungkin tidak hanya kita, hampir semua kondisinya sama, karena pelarangan ini (larangan mudik, red) sifatnya umum dan untuk semua,” jelasnya.
Menurut pria asal Medan ini, banyak pekerja seperti sopir dan kondektur yang memang bergantung dari operasional armada, sementara hampir seluruh armada dikandangkan akibat pelarangan mudik yang sudah diberlakukan.
“Kasihan para sopir dan awak bus yang memang bergantung dari operasional armada. Kalau seperti ini terus ya tidak ada yang tahu ke depan nasib bisnis angkutan seperti apa. Kalau kita tentu pengennya ada solusi sehingga bisnis angkutan juga tidak terlalu terdampak bahkan bisa survive dari kondisi ini,” bebernya.
Dilanjutkan pria yang akrab disapa Adam tersebut, untuk survive dari kondisi yang ada saat ini, ia berharap ada kebijkan dari pemerintah yang tetap mengizinkan beroperasinya armada dengan syarat-syarat tertentu. Seperti menjalankan ketat protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Yakni penyemprotan rutin desinfektan, cek kesehatan, mengatur jarak tempat duduk, dan lain-lainnya.