KENDALA TES MASAL
Di samping menunggu hasil tes yang butuh waktu lama, pemeriksaan PCR di Kota Cirebon masih memerlukan validasi. Kasus klaster Panjunan merupakan hasil validasi pemeriksaan PCR.
Tes pertama yang dilakukan di salah satu rumah sakit swasta, ternyata pasien ini negatif berdasarkan PCR. Namun, pengiriman sampel ketika itu dibuat doble. Satu sampel diperiksa di Kota Cirebon dan satu lagi dikirimkan ke pusat.
Dari sampel kedua itulah, dinyatakan pasien tersebut positif covid-19. Pada waktu bersamaan, juga dikirimkan 10 sampel lainnya dan telah dinyatakan negatif.
Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 Kota Cirebon, dr Sri Laelan Erwani MKes mengungkapkan, tambahan dua pasien positif covid-19 merupajan istri dan orang terdekat pasien pertama. Namun, dua pasien positif ini tinggal tidak serumah. Mereka berdomisili di dua RW yang berbeda.
ISOLASI DI GEDUNG BKKBN
Pasca ditemukannya 8 warga di RW 01 dan RW 10 Kelurahan Panjunan yang reaktif dari hasil rapidtes Kamis (4/6), Dinkes Kota Cirebon melanjutkan pemeriksaan sampel swab, mengunakan polymerase chain reaction (PCR).
Dari 8 Warga tersebut, bersama 5 warga lain yang pernah kontak erat dengan pasien positif dijadwalkan diambil sampel swabnya hari ini.
Kepala Dinas Kesehatan, dr H Edy Sugiarto menjelaskan, proses rapid test yang dilakukan atas tindak lanjut dari ditemukanya dua pasien positif Covid-19 pada dua RW tersebut, dari target 200 warga, hanya 169 warga yang sukarela datang. Kemudian 8 diantaranya, sampel darah yang diambil untuk dites cepat menunjukan indikasi reaktif.
Diperkirakan, 8 orang warga yang hasil rapid test-nya reaktif tersebut, kemungkinan pernah kontak erat atau berinteraksi dengan warga lain yang sebelunya telah dinyatakan positif covid-19.
“Nanti di-swab dan langsung diambil swabnya. Tes PCR-nya oleh alat yang ada di RSD Gunung Jati. Tadi sudah disarankan agar mereka isolasi mandiri di rumah dulu,” tuturnya.
Sayangnya, isolasi mandiri sulit dilakukan. Mengingat kawasan pesisir relatif padat penduduk dan satu rumah bisa ditinggali lebih dari satu kepala keluarga. Bila di rumahnya banyak penghuninya, dinkes telah menyarankan agar mereka menjalani isolasi di Gedung Diklat-KB. Di fasilitas itu, tersedia 40 bed.