JAKARTA – Sekelompok dokter Amerika Serikat menggugat Food and Drug Administration (FDA). Itu karena FDA dianggap telah membatasi penggunaan obat malaria Hydroxychloroquine untuk pasien Covid-19. Para dokter yang tergabung dalam Association of American Physicians and Surgeons (AAPS) ingin terapi obat tersebut harus tersedia secara luas untuk memerangi pandemi.
Gugatan tersebut mewakili para dokter untuk mendapatkan akses pada obat Hydroxychloroquine. Obat ini telah diperjuangkan oleh Presiden Donald Trump sebagai solusi potensial terhadap virus korona (Covid-19).
Sedangkan FDA sudah membatasi penggunaannya. Sebuah uji klinis yang dirilis pada menemukan obat itu tidak efektif dalam mencegah infeksi. FDA, yang mengatur obat-obatan di Amerika Serikat, telah membatasi penggunaan obat dari persediaan nasional untuk Covid-19 pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Negara dapat menetapkan aturan mereka sendiri untuk resep. Peringatan FDA menilai bahwa obat tersebut memiliki risiko efek samping aritmia jantung berbahaya.
Seorang juru bicara agensi FDA mengatakan tidak mau mengomentari proses pengadilan yang sedang menunggu atau sedang berlangsung. Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan secara online minggu lalu, Komisaris FDA Stephen Hahn mengatakan agensi tersebut tidak melarang dokter untuk meresepkan obat. “Adalah penting bahwa pasien dan penyedia layanan kesehatan memahami efek samping yang diketahui dari obat ini, termasuk masalah irama jantung yang serius dan berpotensi mengancam jiwa,” katanya seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat (5/6).
AAPS, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Tucson, Arizona, memiliki anggota beberapa ribu orang. AAPS telah menuduh agen-agen negara bagian dan federal menimbun Hydroxychloroquine sementara pasien meninggal dalam wabah yang telah menewaskan lebih dari 107.000 dan menginfeksi 1,86 juta di Amerika Serikat hingga saat ini.
Richard Chaisson, seorang peneliti Johns Hopkins, sedang menjalankan uji coba obat untuk menentukan apakah obat ini efektif dalam merawat pasien dengan versi penyakit yang sedang hingga parah. Lebih dari 35 negara telah membatasi resep untuk Hydroxychloroquine, dan setidaknya lima dari mereka memiliki aturan khusus yang melarang resep obat sebagai tindakan pencegahan. (*)