Bagaimana Kota Cirebon Menangani Covid-19?

pesisir-panjunan-kota-cirebon
Kawasan Pesisir Kelurahan Panjunan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

Dengan gambaran ini, besar kemungkinan kasus positif covid-19 di Kota Cirebon belum berada pada puncaknya. Mengingat tes masal belum dilakukan dan peta sebaran sesungguhnya belum diketahui.
Bila dibandingkan dengan daerah tetangga yang telah melakukan tes masal, diketahui rasio tes dan kasus positif ada di kisaran 0,6 persen sementara ini.
Seperti diketahui, di Wilayah Ciayumajakuning baru Kabupaten Cirebon yang dapat melakukan tes masal secara agresif. Itu pun masih sepertiga dari target yang mereka canangkan.
Sampai Minggu (7/6), Kabupaten Cirebon telah melakukan tes kepada 1.631 spesiemen swab dari pasar tradisional, mal, dan beberapa desa. Hasilnya, 0,6 persen dari jumlah sampel yang diperiksa positif.
Dari tes yang dilakukan dapat dipelajari, bahwa ada kasus positif tidak bergejala di tengah masyarakat. Kasus semacam ini tidak terdeteksi namun berpotensi terjadi transmisi lokal.

Kembali ke data Kota Cirebon, kasus positif diketahui memiliki tingkat penyebaran hingga dua orang pada kontak erat. Ini tergambar dari pola penularan klaster pertama dan kedua. Pada klaster Panjunan diketahui dari pasien pertama menularkan kepada dua orang kerabat dekat.
Pada klaster Pesisir. Sejauh ini menular kepada dua orang kontak erat. Namun ada 8 orang lainnya yang reaktif, dan belum diketahui hasil swab-nya.
Sejauh ini, Pemerintah Kota Cirebon telah mengalokasikan anggaran melalui belanja tidak terduga (BTT) Covid-19 hingga Rp39.779.941.546. Dari data alokasi anggaran tersebut, yang terealisasi atau terserap baru 65,89 persen atau bau Rp26.210.639.296.
Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Drs H Agus Mulyadi MSi kepada radar (7/6)  menjelaskan alokasi anggaran untuk penanganan Covid 19 sebesar Rp39,779 Miliar. Namun sampai dengan tanggal 4 Juni 2020 belum semua terserap. Bahkan dari keseluruhan yang terserap baru 65,89 persen.
Sementara untuk penanganan kesehatan dari alokasi Rp25.258.734.045 baru terealisasi Rp13.259.431.796 atau 52,49 persen.
Di luar itu, Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati telah melakukan pembelian PCR senilai Rp5,5 miliar berikut dengan reagent. Direktur RSDGJ, dr Ismail Jamaludin SpOT menginformasikan, anggaran tersebut tidak hanya membeli perangkat PCR, tapi berikut dengan reagent yang jumlahnya mencapai 3 ribu unit.

0 Komentar