PASAR tradisional berpotensi menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 di masa new normal. Sebab ratusan pedagang pasar dari berbagai daerah di Indonesia teridentifikasi positif virus corona. Bahkan puluhan di antaranya meninggal dunia.
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan berdasarkan data yang diperolehnya pada Rabu (10/6) sedikitnya ada 439 pedagang di 89 pasar di berbagai daerah positif Covid-19. Sedangkan jumlah pedagang yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 27 orang.
“Kami telah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah di beberapa provinsi. Selain itu beberapa daerah telah menjalani rapid test atau swab di pasar. Tujuannya agar pasar tidak menjadi klaster baru penyebaran,” ujarnya, Kamis (11/6).
Dilanjutkan Reynaldi, jumlah itu akan makin bertambah. Sebab sejumlah daerah masih terus melakukan rapid test maupun swab. Misalnya, lanjutnya, sebanyak 52 pedagang di beberapa pasar di Jakarta terkonfirmasi terpapar Covid-19. Data tersebut berdasarkan hasil uji usap (swab test) yang terakhir keluar pada Kamis 11 Juni pukul 10.00 WIB.
Uji usap tersebut dilakukan setelah sebelumnya mereka menjalani tes cepat (rapid test) dan dinyatakan reaktif Covid-19. “Data pedagang pasar terdampak Covid-19 di Jakarta 52 orang,” ujarnya.
Pedagang yang terpapar virus dari Wuhan, China, ini diperoleh di lima lokasi pasar dari 19 pasar yang telah melaksanakan rapid test. Pasar-pasar itu di antaranya Pasar Perumnas Klender, Pasar Cijantung, dan Pasar Serdang. Melihat kondisi demikian, Reynaldi meminta agar pemerintah memberi perhatian serius terutama kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Sebab pasar adalah sumber ekonomi dan sumber kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.
“Perhatian serius yang diharapkan dari pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan di pasar tersebut adalah dengan cara sosialisasi protokol kesehatan, imbauan kesadaran melaksanakan protokol kesehatan hingga penyediaan hand sanitizer dan penyemprotan disinfektan,” katanya.
Dia yakin, jika penerapan protokol kesehatan di pasar berjalan baik, maka aktivitas jual beli akan tetap menjadi pilihan masyarakat tanpa harus takut adanya penyebaran Covid-19. “Bila protokol kesehatan gagal diterapkan dan tingkat penyebaran tinggi di pasar, maka tidak menutup kemungkinan budaya belanja ke pasar tradisional akan bergeser dengan berbelanja menggunakan cara/sistem yang lain,” katanya.