Sempat ada wacana, sekolah dibuka kembali pada 13 Juli 2020. Tapi, di tengah situasi seperti sekarang, tentu tidak memungkinkan. Belajar dari beberapa negara yang membuka kembali sekolah setelah pelonggaran lockdown, justru memicu terjadinya infeksi baru. Apa yang harus dilakukan?
SEJUMLAH orang tua menyampaikan kekhawatirannya di media sosial. “Sekolah mau dibuka lagi, apakah anak-anak sudah aman?” tanya salah satu orang tua siswa lewat Instastory Instagram. “Kalau sekolah buka lagi, harus gimana ini?” pertanyaan serupa juga disampaikan salah satu orang tua dari sebuah lembaga pendidikan di Kota Cirebon yang kabarnya dalam dua bulan mendatang akan kembali membuka proses belajar.
Hingga saat ini, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat memang belum memutuskan untuk buka kembali kegiatan pendidikan di sekolah, pesantren dan lembaga pendidikan lainnya. Meski di beberapa daerah, pesantren sudah bakal kembali membuka aktivitasnya. Di Kabupaten Cirebon salah satunya, ratusan santri difasilitasi rapid test dan swab sehubungan mereka bakal kembali ke sejumlah pesantren di Jawa Timur.
Pesantren sebagai salah satu model pendidikan sesungguhnya bisa menjadi tempat paling aman, karena terlindung dari interaksi sosial di luar lingkungannya. Tapi juga paling rentan bila di dalam komunitas ini ada yang terinfeksi. Hal ini diungkapkan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Cirebon, dr Ahmad Fariz Zamzam MZ SpPD MM. “Perlu dipastikan yang akan kembali ke pesantren bebas covid-19,” ujar Fariz, kepada Radar Cirebon.
Langkah skrining yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Cirebon dinilai tepat. Dia yakin upaya tersebut juga akan dilakukan oleh pemerintah daerah lainnya, terhadap komunitas santri yang akan kembali ke lingkungan pesantren.
Dokter Spesialis Anak, dr Irman Permana SpA (K) mendorong agar protokol covid-19 masuk dalam kurikulum pendidikan jarak jauh (PJJ). Menurutnya, ada waktu beberapa bulan ke depan untuk menyiapkan segala sesuatunya. “Sekolah memang jangan terburu-buru buka. Paling cepat mungkin awal tahun depan,” kata Irman.
Koordinator Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Perwil Kabupaten Cirebon itu menambahkan, mempersiapkan segala sesuatu yang dimaksud ada dua hal. Pertama, sekolah mempersiapkan infrastruktur protokol covid-19. Misalnya, jumlah wastafel untuk cuci tangan, jarak antar kursi, sistem shift ganjil genap untuk menjamin berjalannya jaga jarak dan lain sebagainya.