CIREBON – Kota Cirebon menargetkan untuk segera mengakhiri pandemi corona virus disease (covid-19), seiring dengan tes masal yang dapat dilaksanakan dalam waktu dekat. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, dr H Edy Sugiarto MKes memprediksi, masa pandemi selesai dalam kurun waktu tiga kali masa inkubasi.
Prediksi itu, didasari dengan asumsi, swab test masal yang menyasar 4.642 sampel populasi warga Kota Cirebon yang akan digelar maraton, semuanya memunculkan hasil negatif.
Edy menerangkan, swabtes masal yang akan digelar mulai pertengahan minggu ini ditargetkan setiap harinya dapat menjaring 100-120 warga untuk dites lendir saluran pernafasanya oleh peugas.
Sasaran sampel swab tes masal tersebut jika dilakukan secara maraton setiap hari, akan selesai dalam 38 hari. Atau bisa dibulatkan menjadi 42-45 hari bisa selesai.
Karena menurutnya, di sela-sela itu, petugas mesti istirahat yang cukup tidak bisa maraton setiap hari tanpa libur mereka melakukan pengambilan lendir sampel target swab tes, termasuk juga petugas laboratoriumnya juga mesti istirahat cukup.
“Kalau selama pemeriksaan swab tes masal tidak ada yang positif. Selama tiga kali 14 hari mudah-mudahan tidak ada penambahan kasus positif. Bisa diartikan, dengan asumsi ini, masa pandemi di Kota Cirebon sudah berakhir,” ungkap Edy, kepada Radar Cirebon, Senin (15/6).
Meski demikian, sambung dia, dalam teori kesehatan memang hal tersebut tidak bisa diterapkan secara utuh. Karena kondisi kesehatan seseorang dan di suatu wilayah ada resiko uncertainty (ketidakpastian).
Misalnya, seseorang saat ini sedang sehat, tapi karena tidak dijaga bisa saja besok atau lusa bisa saja kena batuk, pilek dan sebagainya.
Sehingga, yang harus ditingkatkan dan dipertahankan adalah pencegahanya, bagaimana seseorang tersebut dapat tetap menjaga kesehatan, dengan menerapkan pola hidup bersih sehat (PHBS) dan asupan gizi seimbang.
Dalam kasus Covid-19 ini, perlu menerapkan protokol kesehatan dan pencegahan penyebaran yang ketat dengan melibatkan seluruh elemen.
Itupun belum cukup, karena ada risiko kompleksitas tinggi. Misalnya, yang diduga seseorang hanya menderita satu penyakit bisa jadi lebih. Contohnya kalau diabet diprediksi diabet saja, ternyata ada penyakit penyertanya seperti hipertensi pembengkakan jantung komplikasi makro mikro. Serta faktor internal dan eksternal lainya yang menjadikan kondisi kesehatan seseorang naik turun.