CIREBON – Skrining masal dengan metode swab test mulai dilakukan di Kota Cirebon. Rabu pagi (17/6), di Gedung Pusdiklat BKKBN. Ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran dan menemukan gambaran sebaran covid-19.
Butuh setidaknya 40 hari bagi Kota Cirebon merampungkan pemeriksaan 4.642 orang, dengan target per hari 120-125 sampel swab.
Seperti diketahui, swab tes masal yang dilakukan oleh Pemkot Cirebon, akan menyasar sampel populasi 4.642 orang. Dari jumlah itu, 3.400 dibiayai dari alokasi belanja tidak terduga (BTT) hasil refocusing anggaran. Sedangkan, 1.242 lainnya adalah fasilitasi bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Kendati tersedia metode pool test untuk akselerasi pemeriksaan dan menekan unit cost laboratorium, namun opsi ini belum bisa menjadi pilihan dalam skrining covid-19.
Penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari tenaga laboran yang harus dilatih ulang, sampai tingkat kesadaran masyarakat dalam mengikuti tes masal.
Sebagai informasi, pool test adalah metode untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan secara signifikan. Sederhananya, dilakukan pengelompokan sampel untuk diuji. Misalnya 5 sampel swab dijadikan satu. Lalu dites. Kalau hasilnya negative, berarti lima sampel cukup dites sekali.
Kalau hasilnya positif, dicari botol yang mana yang positif itu. Dengan demikian, biaya tes juga menjadi turun drastis. Bisa turun 70 persen. Kapasitas laboratorium juga meningkat sinifikan.
Misalnya, kemampuan tes di RSDGJ yang hanya 50 sampel per hari. Dimungkinkan melonjak hingga 5 kali lipat atau 250 sampel. Kemudian untuk biaya, dari saat ini Rp792 ribu/pemeriksaan swab, bisa kembali turun menjadi hanya Rp130 ribuan saja.
Kembali ke realitas. Mengenai partisipasi masyarakat, sebagai gambaran dari target swab 120 orang pada Rabu (17/6), ternyata yang hadir hanya 102.
Pada hari pertama swab test masal ini, sasarannya adalah tenaga kesehatan dari puskesmas-puskesmas di Kota Cirebon. Mereka bergiliran untuk diambil spesimen cairan saluran pernafasannya oleh petugas dengan alat pelindung diri (APD) lengkap.
Soal kemungkinan penggunaan metode pool test PCR, Kepala Dinkes dr H Edy Sugiarto MKes mengatakan, metode pengujian PCR sistem ini, sebetulnya hanya teknis pengerjaan tim analis di laboratorium.
Misalnya, alatnya bisa dioptimalkan untuk memutar spesimen yang sekaligus banyak, tapi spesimen sampelnya harus diekstraksi dulu dengan takaran yang pas. Untuk menerapkan metode ini, Edy mengakui petugas di laboratorium perlu dilatih lagi.