Sementara itu, seorang pejabat negara Asia Selatan menuturkan Saudi tengah membuang waktu sehingga jika pada akhirnya mereka tetap membuka ibadah haji, negara-negara tidak bisa mengirimkan jamaah haji mereka secara maksimal lantaran persiapan yang mendadak.
“Pada menit terakhir jika Saudi mengatakan ‘kami siap menyelenggarakan ibadah haji’, secara logistik akan banyak negara tidak siap untuk berpartisipasi,” katanya.
Terlebih, kondisi fasilitas kesehatan di Saudi sendiri saat ini dinilai tidak akan memadai jika harus disiagakan untuk menampung pasien-pasien Corona dari negara lain selama ibadah haji berlangsung.
Berdasarkan data statistik Worldometer per Rabu (17/6), Saudi tercatat memiliki 136.315 kasus Corona dengan angka kematian mencapai 1.052 pasien.
Jika terkonfirmasi benar terkait pembatalan ibadah haji ini merupakan yang pertama sejak 1932 atau dalam sejarah modern. (der/fin)