Di Balik Rasa Rindu Para Guru Kembali Mengajar

Di Balik Rasa Rindu Para Guru Kembali Mengajar
Suasana di ruangan kelas SMPN 1 Kota Cirebon yang lebih dari tiga bulan terakhir tidak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

Guru mata pelajaran ekonomi ini, sebenarnya dikenal tegas. Setidaknya, begitulah Intan mendeskripsikan dirinya. Namun di luar jam pelajaran, hubungan personal yang dibangun dengan murid sangatlah baik. Dia sering menjadi pendengar saat murid mencurahkan isi hati. Seringkali, ia juga memberikan saran.
“Setiap anak kan punya karakteristik yang berbeda. Ada yang ramai, ada yang pendiam. Itu kan penangananya juga berbeda. Kadang mereka ada yang suka curhat ke aku. Itu sih yang paling dirindukan,” ungkapnya.
Kerinduan komunikasi antar personal dengan murid juga dirasakan Aesah MPd. Guru Bahasa Indonesia di SMAN 4 Cirebon itu sudah lama merindukan kembalike dalam kelas. Bertatap muka langsung dengan siswa, memang tidak pernah tergantikan.
Masa-masa saat dia selalu dituntut untuk berfikir kreatif. Bagaimana bisa menyampaikan materi yang dipahami siswa. Dan bagaimana menyajikannya dalam pembelajaran di kelas.
Sementara saat dengan menggunakan PJJ, ia tidak tahu apakah muridnya sudah mengerti atau belum. Peran guru memang sebagian dibantu oleh orang tua di rumah masing-masing. Namun, dalam situasi ini, guru seolah sekadar menjadi pengajar. Unsur pendidiknya digantikan orang tua di rumah.
Aspek-aspek kepribadian, hubungan personal yang dibangun dan treatment khusus kepada siswa menjadi tidak bisa dilakukan. “Kalau pembelajaran secara langsung, itu kita harus dituntut kreatif supaya materi bahasa Indonesia tidak boring. Kadang saya bawa murid belajar di luar ruangan kelas. Atau dibikin model pembelajaran yang lain. Kadang idenya juga dari anak-anak sendiri,” ungkapnya.
Ia pun mengaku sering mendapat pertanyaan dari murid dan orang tuanya, kapan pembelajaran sekolah di sekolah dimulai. “Yang rindu dengan belajar di kelas, bertatap muka secara langsung bukan cuma para murid, guru guru juga sama. Rindu dengan suasana bercengkrama di sekolah,” tukasnya.
Kendati demikian, Aesah juga jauh-jauh hari telah menyadari, belajar di kelas “new normal” tidak akan lagi sama dengan masa sebelum pandemi. Masa-masa yang akan dirindukan baik oleh guru maupun para siswanya. (awr)

0 Komentar