Kasus Riki sendiri sempat ramai dibicarakan ketika ia secara berani menuliskan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo terkait lamanya proses pemeriksaan sample swab. Lamanya hasil swab menjadi hal yang cukup berat dirasakan oleh para pasien yangmenjalani perawatan di rumah sakit atau yang menjalani karantina mandiri di rumah.
“Kalau stigma masyarakat sih saya tidak terlalu rasakan, karena saya kan di ruang isolasi. Jadi tidak ada interkasi langsung dengan dunia luar. Yang paling berat itu melawan jenuh saat menunggu hasil swab test yang sangat lama. Dulu waktu masih ke Balitbangkes bisa 10 sampai 12 hari,” bebernya.
Menunggu swab test inilah yang menjadi musuh paling berat dirasakan oleh setiap pasien yang sample swab test di kirim ke Balitbangkes. Untuk membunuh rasa jenuh dan sepi yang dirasakan, ia pun berusaha melakukan banyak aktivitas di ruang isolasi.
“Setiap hari rutinitasnya hampir dari mulai bangun pagi, salat subuh, olahraga ringan, sarapan dan minum obat, berjemur, mandi, konseling dengan psikolog, internetan, istirahat siang, olahraga ringan sore. Supaya gak bosan biasanya internetan sambil baca-baca e-book dari HP,” katanya.
Kini, ia lega sudah dinyatakan sembuh. Meski demikian, Riki saat ini masih fokus untuk menjaga kesehatan karena pekerjaannya sangat erat dengan orang yang keluar masuk Indonesia. “Harapan saya sehat dulu saja dan bisa bekerja lagi seperti sebelumnya,” katanya. (*/bersambung)