MAJALENGKA – Empat perwakilan Partai Nasdem, PPP, Golkar, dan PKB, menggelar diskusi tentang sosok calon pemimpin Kabupaten Majalengka, di sebuah rumah makan di wilayah Kecamatan Majalengka, Senin (22/6) sore. Hadir dalam diskusi tersebut polistisi NasDem Dasim Raden Pamungkas SH, H Asep Eka Mulyana (Golkar), MOCH Fajar Shidik (PPP), serta dr Hamdi dan Suheri (PKB).
Sekretaris DPD Patai NasDem Majalengka Dasim Raden Pamungkas SH mengatakan, ada dua nama yang menurutnya tepat menjadi penerus kepemimpinan bupati di Kabupaten Majalengka. Dua sosok itu adalah Drs H Eman Suherman MM yang saat ini menjabat sebagai Sekda Majalengka dan H Pepep Saeful Hidayat yang saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Jawa Barat.
“Keduanya memiliki pengalaman dan karir yang bagus. Haji Eman secara birokrasi sudah berpengalaman dan Haji Pepep secara karir politik juga sangat bagus,” ungkapnya.
Secara pengalaman di birokrasi, Eman Suherman pernah menempati beberapa pos penting. Seperti camat, Kabag Kesra, Kepala Dinas Sosial, Kepala Dinas Desa dan KB yang saat ini menjadi DPMD, dilanjut bidang infrastruktur yakni Kepala Dinas PUTR, dan sekda.
Ditambah riwayat akademik sebagai lulusan UGM bidang manajemen, Eman dinilai mampu dan bisa melaksanakan kinerja dengan baik. Eman dinilai sebagai calon potensial untuk memimpin Majalengka kedepan, dan karirnya sekarang di puncak birokrasi sebagai sekertaris daerah.
“Jadi dari runtutan karir itulah yang menjadi dasar saya memahami bahwa Haji Eman menjadi calon pemimpin yang akan datang,” jelasnya.
Sedangkan H Pepep Saeful Hidayat menurutnya adalah sosok yang berhasil menjadi anggota DPRD Kabupaten Majalengka tiga kali dari daerah pemilihan (dapil) yang berbeda. Seperti Dapil Cikijing, Lemahsugih, Cingambul, Bantarujeg dan Malausama . Lalu pindah ke dapil Majalengka. Ini membuktikan bahwa dirinya mampu berkomunikasi dan bersosialisasi pada dapil yang berbeda. Dengan karir politiknya, Dasim mengansumsikan Pepep adalah calon potensial untuk menjadi pemimpin Kabupaten Majalengka di periode yang akan datang.
“Dua figur ini menurut saya lengkap secara birokrasi satu figur lain karirnya secara politik paripurna. Jadi ada kelebihan-kelebihan yang perlu kita garisbawahi dari kedua tokoh ini,” jelas Dasim.