CIREBON – Sabtu (27/6), sebuah video dibuat di Dalem Arum Keraton Kasepuhan. Ada dua. Yang pertama terkait pernyataan tahta Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon diambil alih oleh seorang yang mengaku keturunan Sultan Sepuh XI.
Video kedua, tentang inspeksi mendadak ke Keraton Kasepuhan. Dalam video diceritakan, keturunan Sultan Sepuh XI prihatin dengan kondisi keraton yang tidak terawat. “Sidak pewaris asli Keraton Kasepuhan Cirebon,” demikian keterangan video berdurasi 1 menit 39 detik itu. “Kami sebagai warga Keraton Kasepuhan asli merasa prihatin Keraton Kasepuhan tidak terawat seperti dulu,” caption video berikutnya.
Atas hal itu, dilakukan lah penyegelan pintu masuk menuju Dalem Arum Keraton Kasepuhan.“Hari ini Sabtu 27 Juni tahta sultan kasepuhan diambil alih. Demikian video ini untuk disebarluaskan,” demikian pernyataan yang dikutip dari video tersebut.
“Kami keturunan asli dari Sultan XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, menyatakan ingin mengambil alih kekuasaan Keraton Kesepuhan dari tangan kekuasaan Saudara Arief,” ujar seseorang yang belakangan diketahui bernama Rahardjo.
Kepada para awak media, pada Minggu (28/6), di Keraton Kasepuhan, Rahardjo membenarkan ucapanya dalam video yang beredar itu. Dengan menunjukan foto dan silsilah keluarga, Rahardjo mengaku sebagai cucu dari istri kedua Sultan Sepuh XI Tadjul Arifin Djamaluddin Aluda Mohammad Samsudin Radjanatadiningrat.
Menurutnya penyegelan ini bukan tanpa pertimbangan. Sudah sejak lama desakan untuk melakukan pengambil alihan kekuasaan, sudah ada sejak masa Sultan Sepuh XIII Maulana Pakuningrat.
Namun saat sidak ke Keraton Kesepuhan Cirebon, beberapa waktu lalu, ia mengaku begitu geram saat mendapati kondisi keraton kasepuhan yang tidak terawat.
“Bangsal kotor, bekas puntung rokok, kotoran kelelawar yang berkerak sampai tak bisa dibersihkan, sama debu yang tebal,” ungkapnya.
Sebelum ini, dirinya juga mengaku sudah pernah melayangkan permintaan untuk berdialog dengan Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, terkait Keraton Kesepuhan Cirebon. Namun tidak ada tanggapan apapun dari pihak Sultan Arief.
Bagaimana pergerakan bisa leluasa? Tidak kah ada penjagaan terhadap Keraton Kasepuhan? Bagaimana bisa Dalem Arum dipakai untuk tempat membuat video dan disiarkan kepada masyarakat lewat media sosial?