CIREBON – Takhta Kesultanan Kesapuhan Cirebon yang kini dipimpin Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat tengah digoyang. Ada pihak yang mengklaim keturunan asli dan ingin mengambil alih tampuk kekuasan Keraton Kasepuhan dari Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
Geger takhta Keraton Kasepuhan ini bermula dari beredarnya sebuah video oleh sekelompok orang yang mengaku masih keturunan dari Sultan Sepuh Ke-XI. Video berdurasi 1 menit 10 detik itu viral di media sosial dan aplikasi chat berantai. Dalam video itu, salah seorang di antaranya berbicara tegas terkait dengan pengambil alihan kekuasaan Kesultanan Kasepuhan dari Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
“Kami keturunan asli dari Sultan XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, menyatakan ingin mengambil alih kekuasaan Keraton Kesepuhan dari tangan kekuasaan Saudara Arief,” ujar seseorang yang belakangan diketahui bernama Rahardjo Djali. Video tersebut diambil pada Sabtu (27/6) dan baru beredar luas pada Minggu pagi (28/6).
https://youtu.be/YXwuqjkXnmI
Dalam video lain, Rahardjo juga menggembok bangunan Dalem Arum yang merupakan tempat Sultan Sepuh biasa menerima tamu dan menjamu tamu-tamu penting. Tak hanya itu, Rahardjo juga menurunkan foto Sultan Arief dan istri.
Kepada para awak media, Minggu (28/6), Rahardjo pun membenarkan ucapanya dalam video yang beredar itu.
Ia kemudian menunjukkan sebuah surat berisi tentang silsilah Kesultanan Cirebon. Kop suratnya bertuliskan Staat Turunan Sentana Wargi Kesultanan Cirebon dan berlogo Kesultanan Kasepuhan Cirebon. Surat tersebut bernomor 051/SL/SSXIV/XI2013.
Dalam surat tercantum nama Raden Rahardjo H Djali, turunan Ratu Mas Doli Manawiah. Rahardjo mengaku ibunya, Ratu Mas Doli Manawiah merupakan anak dari istri kedua Sultan Sepuh XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, Nyi Mas Rukjah.
Raharjdo mengklaim tak sendiri. Ia mendapatkan dukungan dari keluarga besarnya. Ia menyebut nama Elang Mas Upi Supriyadi, cucu dari istri pertama Sultan Sepuh XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, Raden Ayu Raja Pamerat. Upi merupakan anak dari Raja Ratu Wulung Ayuningrat.
Menurutnya, penyegelan ini bukan tanpa pertimbangan. Ia mengatakan sebenarnya sudah sejak lama pihak-pihak yang berseberangan dengan Sultan Arief mendesaknya untuk mengambil alih kekuasaan. Apalagi saat sidak ke Keraton Kesepuhan Cirebon, ia mengaku begitu geram mendapati kondisi keraton yang dinilainya tidak terawat. “Bangsal kotor, bekas puntung rokok, kotoran kelelawar yang berkerak sampai tak bisa dibersihkan. Sama debu yang tebal,” ungkapnya.